Srekk
Srekk
BRUKK
“Siapa itu!” Kaget Siolla sambil mengarahkan cahaya teleponnya pads semak-semak dibelakangnya.
“duhhh~”
“Putri? eh maksudku Naula! ngapain kamu di belakang situ?!? Tunggu...” Siolla memperhatikan kain yang terjulur dari atas.
“Jangan Bilang kamu turun lewat jendela Naula?? Kamu udah bosan hidup ya!” lanjutnya sambil membantu Sang Putri untuk berdiri. “ck dari dulu aku sudah bosan. udah ah tidak perlu dibahas, kita sudah telat bukan?” balas Naula yang langsung menarik lengan temannya lalu pergi dari sana.
keduanya sampai dan segera memasuki bangunan yang tidak terlalu besar, dengan singboard bertuliskan ‘PORT CAFE&BAR’. keadaan cafe cukup ramai malam itu, dengan diiringi permainan salah satu Band di panggung kecil mereka. Naula dan Siolla menuju belakang panggung cafe dan bertemu dengan para staff disana.
“aku kira kalian tidak akan datang hari ini” kata Timoti, manager cafe disana.
“Tentu saja kita tidak akan melewatkan kesempatan ini pak” balas Naula sambil mengedipkan matanya. “Tapi aku tidak dengan gitar ku, apa boleh pake punya cafe?”
“ya ya! pake aja apa yang kau butuhkan Paula” Jawab Pak Timoti. Siolla menahan senyumnya saat Pak Timoti menyebut nama samaran Sang Putri. ya, memang tidak ada yang boleh tau bahwa Putri mereka sering keluar malam seperti ini. Bisa merusak citra kebangsawanan neneknya kalo kata Naula.
Naula dan Siolla kadang kali diberi kesempatan untuk manggung dicafe kecil itu, Naula sebagai gitaris dan Siolla menjadi vokalisnya dibantu drumer band cafe tersebut membawakan lagu rock kesukaan mereka. Sang Putri tentu saja menikmati saat ini. saat-saat pandangan pengunjung cafe menuju mereka, beberapa ikut menyanyikan lagunya atau melambaikan kedua tangan mereka. gugup, tetapi adrenalin yang mengalir menjadi kepuasaan tersendiri untuknya.
Lewat tengah malam mereka baru sampai di istana. Naula merebahkan dirinya diranjang empuknya dengan senyum puas. tidak sia-sia perjuangannya turun dan naik melalui jendela kamarnya tadi, pikirnya.
Keesokan paginya pelayan membukakan pintu kamar Sang Putri dengan disusul Ratu memasuki kamarnya.
“Putri Naula, bangun!” kata Ratu sedikit mengeraskan suaranya.
“NAULA!” Teriak lagi Sang Ratu.
Naula terkejut dan langsung bangun dari mimpi indahnya. ia melihat Neneknya sudah berasa didepan Ranjangnya. “ahh.. nenek kenapa sih ini kan hari minggu” Ucap Naula dengan nada mengantuk.
“Seorang Putri seharusnya bangun pagi ditanggal merah sekalipun-” Sang Ratu tiba-tiba saja menyebarkan lembaran foto keranjang nya.
“Dan tidak melakukan hal aneh dengan pakaian gembel seperti ini diluar!” lanjutnya. Naula yang baru sadar jika neneknya sedang marah, mengambil foto-foto diranjangnya. terlihat ia dengan pakaian dan wig tadi malam sedang memanjat kain bedcovernya dan difoto lain saat ia berada dipanggung cafe bersama Siolla.
“e-eh nenek ini- aku bisa jelaskan!”
“sudah, tidak ada alasan lagi” kata Sang Ratu lalu menunjuk gita di sudut kamar itu, memberi tanda pada para pelayan. “bawa keluar”. Naula yang melihat gitarnya dibawa bangkit dari ranjangnya untuk menghalangi. “Nenek- jangan gitar ku! yang lain akan aku terima selain gitarku!” Mohon Naula.
Namun ternyata nenek sangat marah sampai tidak menghiraukan perkataan cucunya. akhirnya ia hanya bisa melihat gitarnya disita oleh Neneknya, Naula tidak berani lagi untuk berdebat atau itu akan membuat neneknya lebih marah lagi.
“kau harus fokus dengan belajarmu! kau dengar itu Putri?!” lalu Sang Ratu keluar dari kamarnya.
‘AGHHHH’ teriak Naula dikepalanya.
ia mengacak-ngacak rambut blonde nya, dan tiba-tiba matanya menangkap foto yang berada di ranjangnya lagi. Naula menyentuh foto itu. “Tapi siapa yang mengambil foto ini? nenek belum pernah sebelumnya menyuruh seseorang menguntit ku? siapa juga yang tau aku keluar semalam......”.
Naula berada di halaman istana saat ini. ia berdiri di tempat kemungkinan seseorang yang mengambil fotonya semalam. “ seharusnya benar disini sih orang itu mengambilnya” Naula memutar balik badannya dan langsung berhadapan dengan jendela yang menuju ruang kerja Sang Ratu. ‘kalau orang itu mengambil dari dalam ruangan, berarti seseorang yang diperbolehkan masuk keruangan nenek?’ pikirnya.
“atau memang nenek sendiri yang memergokiku lalu mengikutiku ke cafe gitu?” sibuk Sang Putri dengan pikirannya sambil menatap jendel kantor neneknya, tidak menyadari seseorang juga memperhatikannya dari dalam. orang itu mendekat dan membuka kaca jendelanya dari dalam, “apa yang kau lakukan disitu?”
Naula Terkejut dari lamunannya, “oh! suka-suka aku ngapain!” ketusnya karena ternyata yang menegurnya barusan adalah paman Kainan, lalu ia berbalik untuk kembali ke istana. Kainan hanya menaikan alisnya dan lalu menutup jendela kembali. Naula yang berjalan kembali mengerutkan dahinya bingung, ‘kok bisa sih orang itu di ruangan nenek? jangan-jangan dia yang mengambil foto? dia kan juga yang tau aku pernah nonton konser kemarin!’
‘aku harus hati-hati lain kali, dan mengawasi Paman Kainan.’
hari minggu pun berlalu. pagi itu Naula berangkat sekolah dengan supirnya, sedangkan temannya, Siolla dengan vespanya. supir mengantar Sang Putri hingga gerbang sekolah, lalu Putri Naula pun turun dari mobilnya dan menyusul Siolla diparkiran.
“Naula!” tiba-tiba seseorang merangkulnya dari belakang. “aku rasa tangan mu akan dipotong dalam waktu dekat jika supir ku melihat ini” Kata Sang Putri yang langsung mengenali jika itu adalah kakak kelasnya atau nolan.
“Uuups” balas Nolan sambil mengangkat kedua tangannya.
Di sisi lain Siolla yang sedang memarkirkan vespanya, memerlihatkan wajah dingin saat ia melihat kedekatan Naula dan Nolan namun langsung ia sembunyikan saat keduanya mendekat, menggantikan dengan senyum cerianya seperti biasa.
Ketika jam istirahat tiba, mereka duduk bertiga lagi dikantin. ntah kenapa Nolan selalu nimbrung diantara mereka berdua. kalo kata Siolla kak Nolan korban bully'an, candanya.
“Jadi Ratu sampai menyita gitar kamu ?? kalau begitu sih pasti udah marah banget.... mungkin lain kali kita tidak usah ke cafe dulu Naula, aku jadi takut hmmp” kata Siolla yang menanggapi curhatan Naula sambil menyantap sandwich tunanya.
“mungkin memang sudah waktunya kamu belajar yang benar Naula, kamu juga kan sudah di tingkat ke 2 harus fokus buat nilai akhir kamu nanti” Saut Nolan juga.
lesu Sang Putri mendengarnya, ia bahkan tidak menyentuh makan siangnya. “aku tau... tapi aku sangat jarang bersenang-senag di istana, tanpa gitar itu hidup ku makin terasa sepi.” “Kan ada aku Tuan Putri! nanti aku yang akan menemani-mu” kata Siolla sambil merangkul temannya itu.
“kau kan selalu membantu ibumu kalau di istana laa”
“iya sih benar juga.... ibuku terlihat sibuk terus jadi tak tega ninggalinnya hehe”
“ya nggk papa kamu kan memang anak berbakti tidak sepertiku..” kata Naula memelas, lalu semakin menenggelamkan wajahnya dilengan. Sedangkan Nolan hanya mengusap kepala Sang Putri, ntah niat menenangkan atau modus terselubung?
Saat jam pulang ternyata Naula menemukan Pamannya itu sedang menunggunya diparkiran sekolah. “Kenapa paman lagi sih yang jemput?” Kata Naula begitu ia masuk pintu belakang mobil, sedang Kainan berada dikemudi.
“tanyakan pada Ratu saja nanti” jawabnya, dan langsung menjalankan mobil. Naula memilih diam kembali karena ia tau pasti neneknya itu mulai memperketat perhatiannya terhadap cucu satu-satunya itu, yang tidak ia habis fikir kenapa neneknya mempercayakan dirinya pada pamannya ini.
“Kita mau kemana??” tanya Naula begitu sadar jika jalan yang diambil bukan mengarah ke istana. “Butik” jawab Kainan singkat.
“Buat apa?? Ratu tidak bilang apa-apa padaku?” tanya Sang Putri lagi penasaran.
“nanti malam acara ulang tahun Putranya Gubernur yang ke 18, menurut Ratu kau yang harus menghadiri yang satu itu” kata Kainan tenang dan lalu memarkir kendaraan didepan butik Bangunan yang bertuliskan ‘Flawss Boutique’, Toko Butik ternama disana.
“Tapi aku tidak menyetujuinyaa! akan sangat bosan pasti di sana, aku tidak mau bilang nenek! aku tidak mauu!” Tolak Sang Putri namun para pelayan di toko tetap mengikuti kata Kainan untuk menyeretnya ke ruang ganti dan menjejalkan berbagai macam gaun mahal dan aksesoris untuknya.
Siapa yang berani menolak perintah langsung dari Ratu?
Sang Putri mencoba beberapa gaun, dari gaun panjang hingga terseret dikakinya, sampai gaun dengan rok yang lebih pendek diatas lututnya dan bahunya yang terbuka. “tidak, jangan yang ini! aku masih 16 tahun yang benar saja kalian?!?” Tolak Sang Putri pada pilihan pelayan-pelayan itu.
“apa sudah selesai?” Tanya Kainan dari luar ruang ganti. “sebaiknya cepat karna kita masih ada janji kesalon” lanjutnya.
Akhirnya tirai ruang ganti itu dibuka dan menampakan Sang Putri yang sudah mengangganti pakaiannya, pilihan jatuh kepada gaun satin dengan warna lavender, Rok yang jatuh tepat dilututnya, pita kecil dibagian kedua bahunya, serta flat shoes putih dengan bunga lavender diatasnya, dan beberapa tali yang mengait dikakinya. sederhana tapi tetap terlihat fancy dan sopan. jujur Sang Putri sebenarnya sangat jarang menghadiri undangan-undangan untuk kluarga kerajaan, biasanya neneknya tidak pernah memaksakan sampai segininya jadi ia pun sangat jarang menggunakan gaun. terlihat Naula gugup menanti tanggapan Pamannya, Namun Ternyata Kainan hanya meliriknya lalu memberi isyarat untuk kembali kemobil.