Royal Rock

Una
Chapter #4

Chapter 4 : Who is She?

Seorang Wanita yang cukup berumur mendatangi kediaman Sang Ratu. Penampilannya yang elegan dan tegas membuatnya terlihat lebih muda dari umurnya sekarang. Ia juga ditemani asisten dan para bodyguardnya, Sangat jelas bahwa wanita itu bukanlah orang biasa.

izin sudah mereka terima untuk langsung menghampiri Ruang kerja Sang Ratu dari Ratu langsung. begitu pintu dibuka, terlihat wajah Sang Ratu yang sebenarnya tidak senang dengan kunjungan tersebut. 

“Yang mulia mencari-cari saya bukan begitu? jadi saya dengan berbaik hati mendatangi anda sendiri” Kata wanita itu, lalu langsung memilih duduk di depan Ratu tanpa disuruh. Jelas sekali ia sengaja tidak menunjukan sopan santunnya pada Ratu.

“Jadi apa yang membawa mu kembali kenegara ini lagi Patricia?” Tanya Ratu to the point.

“Tentu saja-” Jeda wanita itu, atau yang disebut Patricia.

“Cucumu, Atau yang seharusnya aku maksudkan adalah Anakku.” Jelas patricia.

“Jangan pernah menganggap Cucuku sebagai anakmu! dia bukan milik mu!” Ratu mengeraskan suaranya, dia juga sedikit lega karena sedang tidak berada di istana saat ini.

“Dia anakku Yang Mulia, Jadi jelas dia milikku yang bisa aku ambil kapan saja!” Balas patricia. “Kurang ajar! Apa mau mu sebenarnya? Uang? Kau kembali kemari untuk memerasku kan? seperti dulu.” Sindir Sang Ratu dengan menatap wanita dihadapannya sinis.

“Anda salah kalau terus-terusan memandang saya rendah seperti itu. Lagi pula aku kemari hanya mengucapkan salam setelah bertahun-tahun lamanya” Ucap Patricia, Ia beranjak dari duduknya dan berbalik kearah pintu.

“Tidak perlu khawatir, Aku yang akan mengungkapkan semuanya pada Anakku” Lanjutnya lalu pergi dari sana.

Raut resah terlihat jelas diwajah Ratu. Ia takut apa yang ia sembunyikan selama ini terungkap, Dan lebih arahnya dia kemungkinan akan kehilangan cucunya, Naula. ‘Apa seharusnya aku yang memberitahukan semua hal ini pada Naula sebelum wanita itu?’ Pikir Sang Ratu.

Tidak, tidak bisa. Aku harus menyingkirkan kembali Wanita itu dari negara ini lagi’.

Naula tertidur dimobil saat perjalanan pulang, kelelahan setelah mencoba banyak pakaian yang dipilihin Pamannya itu. Katanya sekalian membeli persediaan karena Sang Putri akan lebih banyak ditugaskan Oleh Ratu nantinya.

Kainan melirik keponakannya itu saat lampu merah, Sebenarnya Putri Naula itu masih dalam kategori ‘Baik’ menurutnya. Hanya saja agak sedikit susah untuk mengajari Sang Putri sampai benar-benar diterima akalnya, Kemungkinan karena ia terbiasa melakukan kemaunya tanpa ada yang benar-benar menuntunnya dengan benar. Kainan juga tau banget persoalan Sang Putri yang sudah menjadi yatim piatu sejak kecil. Ia jadi sedikit perihatin, Dan jika diperhatinkan Putri Naula sangat cantik Pikirnya, namun langsung tersadar saat mendengar klakson dari mobil lain karena lampu telah kembali hijau.

Begitu sampai di istana ada yang aneh menurut Naula. Penjagaan dari gerbang hingga pintu istana lebih diperketat dengan banyaknya penjaga yang ia lewati tadi. ‘Memangnya ada apa?’ Naula bertanya-tanya.

Kainan sendiri langsung dipanggil untuk berhadapan dengan Ratu. “Apa ada yang terjadi Ratu?” Tanya Kainan begitu ia menemui Ratu di Ruang kerjanya.

“Wanita itu... berani datang kemari tadi.” Jelas Sang Ratu.

“Ia menantang ku akan memberitahukan rahasia itu terhadap Putri” Sang Ratu duduk sambil memegangi keningnya, terlalu letih memikirkan berbagai macam masalah ditambah permasalahan yang terjadi dalam keluarganya.

“Aku akan pastikan ia tidak bisa menyentuh atau bahkan melihat Tuan Putri sekalipun Ratu” Tegas Kainan. Ia tau kemungkinan buruk itu jika sang Putri mengetahui semuanya.

yang mereka tidak sadar Sang Putri saat ini berada tepat didepan pintu ruangan, ia mengikuti pamannya tadi karena penasaran.

Wanita siapa yang ingin menemui ku sampai nenek setakut itu?’ Batin Sang Putri.

Naula merenung di kamarnya, Ia terus berfikir apa yang sebenarnya terjadi? kenapa semua orang terasa aneh? Bahkan temannya, Siolla. Sebentar lagi juga pendaftaran lomba, tapi dia tidak memiliki gitar atau bahkan teman grup sebagai syarat untuk lomba. Apa seperti ini? ia akan menyerah begitu saja untuk lomba itu?.

Naula membaringkan tubuhnya dan memandang langit-langit kamarnya. Ia mengingat awalnya kenapa sangat menyukai musik rock.

Saat itu Sang Putri berumur 8 tahun, Pertama kali mendengar musik yang asing ditelinganya terdengar di istana. Ia menghampiri suara itu yang ternyata berasal dari kamar Ayahnya, Ia memilih mengintip melihat ayahnya memainkan alat musik seperti gital tetali memiliki kabel sambungan, Dan suaranya pun terdengar lebih nyaring dan berisik (menurutnya dulu). Naula yang penasaran mulai menanyakan berbagai hal tentang alat musik itu yang teryata sebuah gitar elektrik atau gitar listrik, yang lalu Ayahnya juga mengenalkannya pada musik dan lagu-lagu rock yang dinyanyikan band dan musisi terkenal saat itu.

Gitar yang ayahnya pakai itulah yang diwariskan padanya, Makanya ia menganggap benda itu sangat berharga untuknya, nenek pun mengetahui itu jadi tidak mungkin nenek mebuangnya.

“Aku jadi kangen ayah..” Senyum tercetak diwajahnya namu jelas sedih terlihat dimatanya.

Berbeda dengan waktu banyak yang ia habiskan dengan ayahnya, Sang Putri tidak terlalu mengingat apa saja yang sudah ia lakukan dengan ibunya dulu. Dia hanya mengingat bahwa ibunya dulu terlihat cantik dan baik, Tetapi mereka tidak terlalu dekat seperti ia dan ayahnya. Naula berfikir mungkin karena ibunya sangat berperilaku layaknya bangsawan makanya hubungan mereka terasa kaku, Tapi ia tetap menyayanginya tentu saja.

Naula merogoh nakas disebelah ranjangnya dan mengambil sebuah bingkai kecil. Disana terlihat potret ia, Ayahnya, serta ibunya tersenyum bahagia di halaman istana. Sang Putri memeluk bingkai itu hingga terlelap, mengarungi mimpi malamnya. Saat Putri terlelap, Seseorang memasuki kamarnya.

Seseorang tidak lain adalah Ratu atau neneknya Naula. Ratu mendekati ranjang Sang Putri, Ia melihat cucunya itu tertidur dengan bingkai foto dipelukannya.

Pelan-pelan Ratu mengambil benda itu dari tangannya Putri Naula lalu melihat potret diri dari cucunya dengan anak dan menantunya.

Kasian cucuku, dia pasti merindukan orang tuanya’ Batin Sang nenek sedih. ia pun menaruh bingkai itu kembali kenakas dan mendekati wajah Sang Putri untuk mengecup dahinya, ”Maaf kan nenekmu ini, sayang” Bisik Ratu pelan lalu pergi dari sana.

______

Malam itu Naula memimpikan seorang Wanita yang mendekatinya dengan derai air mata, tubuhnya juga terasa lebih kecil saat itu. Wanita itu menangkup wajahnya dan mengusap pipi tembamnya, “Maafkan Mama Naula, Mama harus pergi. Tapi kau harus ingat ini ‘aku mama mu nak, ibu mu, dan sampai kapan pun akan selalu menjadi ibu mu’ ” Ucap wanita itu dimimpinya. Namun Naula tidak bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas.

Saat wanita itu beranjak pergi ntah mengapa hatinya terasa sangat sakit, Ia menangis dimimpinya.

______

Naula terbangun. Tampaknya tangisannya sampai hingga kedunia nyata karena pipinya terasa basah. Ia mendudukan dirinya diranjang dan berfikir tentang mimpinya barusan,

“Aku rasa aku pernah memimpikan wanita itu sebelumnya, Tapi siapa atau kenapa aku memimpikannya?” Gumamnya sambil menyeka air mata diwajahnya. Naula pun bangkit dan membersihkan diri sebelum bergabung untuk sarapan.

Semua sudah berkumpul di meja makan, Kalau dipiki-pikir Naula hanya melihat Tuan Mouron ketika mereka sarapan saja, ‘Apa dia sibuk? tapi sepertinya nenek lebih banyak memberikan tugas pada Paman Kainan dibanding ayahnya itu’ Pikir Naula.

Kali ini mereka sarapan dengan Roti garlic isi tuna, Kesukaan Sang Putri. Tanda sadar pun ia makan dengan lahap hingga roti ketiganya.

“Putri Naula, Pelan-pelan makannya” Ucap Sang Ratu dengan senyum geli melihat kelakuan cucunya itu.

Naula pun berhenti mengunyah dan malu menyadari kerakusannya, ‘Duh Apa aku makan seperti babi? paman liat tidak ya...’ Batin Sang Putri sambil menghabiskan rotinya dengan lebih perlahan.

“Ngomong-ngomong kau sudah mempersiapkan untuk undangan malam nanti kan, Naula?” Tanya neneknya begitu ia menyelesaikan sarapan nya.

“Ia nenek sudah siap, Bahkan Paman Kainan membelikan isi butik hanya untuk acara nanti” Sarkas Sang Putri selagi melirik pamannya yang hanya diam menyantap makannya.

Lihat selengkapnya