Blurb
". . . Aku tidak pernah menyangka, komplotan mas sendiri yang mencabik-cabik martabatku. Maaf, mas. Tapi seluruh raga dan jiwa ini sakit rasanya menghadapmu,"
.
.
.
"Semua ini bukan kehendakku. Kamu adik perempuanku satu-satunya. Perempuan kedua yang Aku cinta setelah Bunda. Aku yang bahkan tidak berani berteriak padamu. Maafkan mas karena tak mendengar laranganmu, Nilam"