Ruang

Aida Nabila
Chapter #1

Jatuh Cinta

Malam hari ini, Mahasiswa Jurusan Psikologi sedang merayakan hari ulang tahun jurusannya. Acaranya banyak diisi dengan bermain musik dan menyanyi, tak terkecuali Bena. Ia bernyanyi sambil memetik gitar yang ia pangku. Suara merdunya membuat siapapun merasa tenang saat mendengarnya, setiap lirik yang ia nyanyikan terasa tulus sampai ke hati. Penampilannya yang menarik, membuat semua orang memperhatikannya. Namun dia hanya memperhatikan satu perempuan, Kelana namanya.

Kelana, perempuan biasa yang dari tadi diperhatikan oleh Bena, hanya melihat Bena dengan tatapan dingin. Ia sama sekali tidak tersenyum. Awalnya memang ia memperhatikan Bena, tapi ia malah memalingkan wajahnya pada sembarang sudut, entah apa yang ia lihat. Yang jelas, dadanya terlihat kembang-kempis seperti kesulitan mengatur napas.  

Bena turun dari panggung dan ia masih memperhatikan Kelana. Ia berniat untuk mendekat, tapi ia tidak mengerti dengan tingkah Kelana. Ia seperti tidak tertarik. Dari tadi dia hanya duduk sambil meminum minuman dingin dengan ekspresi yang datar.

Bena memberanikan diri dan langsung duduk di samping kiri Kelana. Kelana masih menatap lurus tanpa menoleh sedikitpun. 

“Ehm, sorry”

“Halo Kelana, aku Bena”

Bena mengulurkan tangannya tepat di depan Kelana. Kelana menoleh pada Bena dengan tatapan dingin tanpa senyum di wajahnya. Kemudian ia menjabat tangan Bena.

“Halo, Bena”

Kelana melepas jabat tangannya dan menatap pada arah lain. 

“Kelana, dari awal kita bertemu, aku sudah tertarik padamu”

“Mau gak kamu-”

Belum selesai Bena berbicara, Kelana telah menatap sinis Bena, ia berdiri dan langsung pergi entah kemana.

Bena hanya terdiam melihat Kelana yang langsung pergi begitu saja. Apa salahnya? Ia rasa tidak ada yang salah padanya. Semua rencananya untuk mendekati Kelana terasa sempurna, menyanyikan lagu cinta khusus untuknya dan menembaknya di tempat yang di malam yang syahdu ini terasa romantis bukan? Mengapa dia malah pergi begitu saja? Apa memang sebegitu bencinya Kelana pada Bena sampai-sampai tidak ingin mengobrol lama dengannya?

Rafa, teman Bena, datang menghampiri Bena. Ia berjalan sambil tersenyum-tersenyum kecil menggoda temannya yang secara tidak langsung ditolak oleh pujaan hatinya. Ia duduk di sampingnya dan menawarkan sebatang rokok pada Bena, tapi ditolak oleh Bena. 

“Tuh kan, gue udah bilang kalau Kelana itu cewek aneh, udahlah gak usah ngedeketin dia”

Rafa tertawa lalu menghisap rokok yang ia pegang.

“Enggak, gue gak akan nyerah sampe dia nolak gue secara langsung.”

*** 

Tiap jeda pergantian kelas, biasanya mahasiswa akan duduk-duduk di selasar. Biasanya mereka hanya duduk untuk mengobrol atau makan bersama teman-temannya. Kelana juga sama seperti mereka, hanya saja ia duduk sendirian di sudut selasar. Mungkin, orang lain yang berjalan di depannya, tidak akan mengira kalau Kelana sedang duduk disitu. Ia duduk dengan tenang sambil memejamkan matanya, mendengarkan sesuatu lewat earphone yang terpasang di telinganya. 

Di sebelah Kelana, ada Bena yang dari tadi sudah duduk memperhatikan perempuan cantik di sebelahnya . Bena tidak banyak bicara, ia hanya memperhatikan tiap lekuk wajah Kelana yang sempurna. Bulu matanya yang lentik, bibirnya yang merah merona dan kulit wajahnya yang terlihat halus dan cerah membuat Bena tidak ingin melepaskan pandangannya dari Kelana.

Kelana membuka matanya, sekilas ia melihat ponselnya, lalu berdiri hendak meninggalkan Bena. 

“Kelana!”

Lihat selengkapnya