6 tahun yang lalu
Di dalam kelas sehabis pulang sekolah,ada dua orang yang sedang menatap dengan dinginnya. Padahal dulu mereka saling menatap hangat satu sama lain. Dulu, mereka sering tertawa bersama seolah-olah tidak ada yang perlu mereka khawatirkan setiap harinya. Tapi, hari ini semuanya keadaan seperti berbanding terbalik dan tak pernah terduga akan terjadi sebelumnya. Rasa sayang yang mendalam diantara mereka berdua berubah menjadi benci, membuat mereka berharap tak pernah bertemu apalagi menjadi sepasang kekasih. Sayangnya waktu tidak pernah bisa diputar, semua sudah terjadi, dan mereka harus menyelesaikan semuanya sekarang.
“Lala, kenapa kamu mau putus dari aku?, kamu selingkuh ya? Makanya kamu mau putus dari aku?”
Kelana melirik Reza dengan tajam, ia benci mendengar ucapan yang keluar dari mulut Reza. Bagaimana bisa yang dulu sering memanggilnya dengan sebutan sayang, tiba-tiba menuduhnya tanpa alasan.
“Siapa yang selingkuh Reza? Kamu yang selingkuh sama Rara kan? Kenapa kamu gak bilang dari awal kalau kamu itu pacarnya Rara sihKalau aku tahu, aku gak akan mau pacaran sama kamu!”
Reza menggebrak meja di depan Kelana. Kelana kaget dan ketakutan sekarang, tapi ia tidak menunjukkannya di depan Reza, Kelana tetap menatap tajam Reza dan menyeringai padanya. Seolah-olah ia menunjukkan kalau ia berani menghadapi Reza. Bagaimanapun, ia tidak salah, ia tidak perlu takut pada laki-laki yang sedang berhadapan dengannya.
“Tenang La, kamu kuat, kamu melakukan hal yang benar” Kata Kelana dalam hatinya.
Reza mendekat pada wajah Kelana, menatap Kelana dalam-dalam. Kelana menyimpan tangannya di belakang, berharap Reza tidak melihat kalau tangan Kelana bergetar sekarang. Reza mendekatkan wajahnya pada Kelana dan membisikkan sesuatu.
“Kamu yang salah, kamu yang bodoh. Cinta itu tentang pilihan, kamu jadi pengganti Rara kalau Rara lagi gak ada.”
Kelana mengepalkan tangannya. Reza menjauh dari wajah Kelana dan menampilkan senyum miringnya. Ia berpikir ia menang dari Kelana. Kelana tertawa mendengar ucapan Reza. Ia menatap tajam Reza.
“Nata emang lebih baik dari kamu, Reza”
“Syukurlah kalau kamu udah putusin aku. Aku jadi punya waktu lebih panjang sama Nata”
Reza mengepalkan tangannya, dia tampaknya terkejut dengan ucapan Kelana.
“Gak enak kan kalau tahu sahabat kamu selingkuh sama selingkuhanmu?”
Kelana tersenyum tepat di depan wajah Reza, melihat mukanya yang memerah karena marah.
“Kurang ajar kamu! Dasar cewek ganjen!”
“Kamu sampah!, kamu lebih buruk dari aku Za!”
Tangan Reza mendorong dada Kelana sampai Kelana hampir terjatuh. Coba saja tidak ada kursi yang bisa Kelana pegang, mungkin Kelana sudah jatuh ke lantai sekarang.
“Rara gak pantes punya pacar sampah seperti kamu Za. Aku akan bilang ke Rara kalau kamu udah selingkuh di belakangnya.”
“Kamu gak punya bukti apa-apa! Dia lebih percaya sama pacarnya daripada selingkuhan pacarnya. BODOH”
Kelana menunjukkan ponselnya yang sedang merekam audio percakapan mereka berdua. Reza segera merebut ponsel Kelana dan menghapus rekaman tersebut, ia juga sempat melihat-lihat isi ponselnya Kelana. Jangan sampai ada bukti yang tertinggal. Sedangkan Kelana, ia berada di atas angin sekarang, ia melipat tangannya di dada sekaligus tersenyum miring pada Reza.
“Hapus aja. Aku masih punya banyak foto sama rekaman yang bisa jadi bukti kalau kamu selingkuh di belakangnya.”
Kelana menunjuk Reza tepat di depan matanya.
“Screenshoot percakapan kita juga cukup buat nunjukkin kalau kamu yang pertama kali deketin aku. Kamu pikir Rara masih mau nerima kamu?”
Reza melempar ponsel dan mendorong Kelana dengan keras sampai-sampai ia jatuh ke lantai. Ponsel itu masih berdering. Namun, Kelana yang sudah terjatuh di lantai tidak bisa menggapai ponsel yang di lempar jauh dari sisinya.
***
Ponsel Kelana berdering. Kelana mengambil ponselnya dari meja dan mematikan alarm dari ponselnya. Bena yang ada disampingnya memperhatikan layar ponselnya sekilas.
“Jadwal kelas aja perlu pakai alarm?”
“Bukan urusan kakak”
Kelana berdiri dan meninggalkan Bena di perpustakaan sendirian. Berkali-kali Bena mencoba untuk memulai percakapan dengan Kelana, berkali-kali pula Kelana tidak memperdulikannya. Entah sampai kapan Bena akan mengejar Kelana. Bena mengecek layar ponselnya yang ternyata sudah penuh dengan pesan dari temannya, Rafa. Rafa mengingatkan Bena untuk masuk kelas karena dosen sudah datang.
Aku gak tahu sampai kapan kamu mengacuhkanku Na, tapi aku yakin suatu saat kamu akan menyukaiku.
***