"Rin, kayaknya aku pengen puasa air selama 3 hari," kataku kepada Ririn, istri yang sudah setia menemaniku dari tidak bisa melupakan Nadya sampai sekarang aku hanya menganggap perempuan itu sebagai kenangan terindah yang Tuhan berikan kepadaku.
Ririn mengernyitkan keningnya. Wajahnya seolah-olah tidak percaya dengan apa yang kukatakan. Ya, aku serius. Memangnya salah jika aku ingin melakukan puasa air atau yang disebut dengan water fasting oleh sebagian orang.
"Kamu serius?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutnya.
"Memangnya kenapa?"
"Yakin bakalan kuat?"
Ah, aku lupa. Aku adalah pria berwacana yang sering gagal kalau sudah beragenda untuk melakukan sesuatu yang ekstrim. Melakukan intermittent fasting selama 1 minggu saja aku gagal. Padahal, rencananya aku ingin melakukan metode diet itu selama 3 bulan–dengan harapan, berat badanku akan turun sebanyak 20 kilogram.
Apakah salah jika aku berandai-andai? Menghayal itu kan gratis. Dan semua orang berhak melakukannya. Berat tubuhku sekarang mencapai 98 kilogram dengan tinggi 169 cm. Kalau aku bercermin, sungguh–aku merasa tubuhku ini seperti buntelan karung yang siap dilempar ke dasar laut.
Usia boleh saja di bawah 50 tahun, namun ukuran fisikku nyatanya mirip seperti bapak-bapak yang sering kuejek saat aku muda.
Sekarang, aku tidak punya waktu lagi untuk menurunkan bobot tubuhku sebanyak 20 kilogram dalam waktu seminggu. Itu sangat mustahil untuk dilakukan. Diet paling masuk akal yang bisa kulakukan adalah melakukan puasa air. Jika aku kuat sampai hari ke-3, aku bisa kehilangan berat badan sebanyak 5 kilogram.
"Ya, doain aja aku kuat menjalaninya," kataku yang tak juga bisa memberikan jaminan bahwa niatku ini akan berhasil.
"Tumben. Pasti ada sesuatu yang pengen kamu lakukan ya?" Sepasang matanya menyelidik hingga ke inti hatiku.
Dia yang sudah belasan tahun tidur seranjang denganku, pasti sudah tahu baik dan buruk pasangan hidupnya. Ya, lebih baik aku jujur saja daripada mengelak, berbohong, lalu ketahuan. Justru masalah akan menjadi lebih runyam.
Aku menyerahkan ponselku kepadanya. Disaat ponsel rekan-rekan sekerjaku dikunci dengan kata sandi dan sidik jari, aku tidak melakukannya.