Berulang kali Radel meminta dan memohon-mohon agar ibunya meninggalkan Geri, tetapi tak pernah didengarkan, malah sekarang ibunya akan menggelar pertunangan. Ibu macam apa dia? Merelakan anaknya dan membuat batasan demi seorang laki-laki berengsek, pikir Radel benci, sebenci-bencinya dan ini sangat-sangat menyakitkan baginya. Benar-benar tak bisa dimaafkan. Bagaimana mungkin, laki-laki yang telah merebut kebahagiannya menjadi ayah sambungnya? Ini tak bisa diterima sampai kapan pun itu oleh Radel.
Terlihat Geri dan keluarganya telah tiba, begitupun dengan tamu-tamu undangan. Para tamu tersenyum sambil menyalami ibunya dan Geri, memberikan hadiah dan mengucapkan selamat. Ah, itu memuakkan, pikir Radel yang sedari tadi menatap lekat-lekat ibunya yang sangat cantik, mengenakan kebaya warna kream. Bodoh, harusnya kamu bahagia! Ada apa dengan wajah dan matamu itu? Tanya Radel dalam hati, melihat raut wajah ibunya yang nampak sendu dengan mata yang berkaca-kaca.
Ibunya mengalihkan pandangan padanya dengan mata yang menyorotkan sebuah harapan, bahwa Radel dapat menerima pertunangannya dan pernikahannya yang akan digelar satu minggu lagi. Matanya juga menyorotkan kesedihan, sebab ia tahu betul bahwa Radel sangat menentang hubungannya dengan Geri. Ia juga tahu betul, saat ini Radel sangat kecewa padanya, sangat marah, dan tambah membencinya. Namun, di sisi lain ia sangat mencintai Geri dan ia tak bisa berpisah dengannya, walau ia juga sangat menyayangi dan mencintai Radel, anak satu-satunya itu.
Tanpa terasa air mata Radel jatuh membasahi pipinya, namun dengan segera ia menyekanya dan beranjak. “Den Radel,’’ panggil asisten rumah tangganya, menghentikan langkah kakinya. “Saya sudah siapkan baju untuk Den Radel.’’
“Enggak perlu bi, aku akan pergi! Aku enggak mau nyaksiin pengkhianatan direstui Tuhan dan semesta,’’ ucapnya sambil menderaikan air mata bersama luka di hatinya yang semakin menganga dan bertambah parah. Pergi, mungkin adalah jalan terbaik untuknya saat ini.
Perasaan asisten rumah tangganya terasa disayat-sayat, ia memahami sekali rasa sakit yang diderita Radel sejak kecil hingga saat ini. Namun ia tak bisa apa-apa, selain bersimpati, mengiba dan menangis seperti sekarang ini.