Ruang dan Batas

Sri Winarti
Chapter #42

Bab 41

Pada tanggal 11 Agustus 2019, satu hari sebelum peringatan hari remaja, SMA PPN menggelar bakti sosial di lingkungan sekitar sekolah, semisal membersihkan tempat-tempat ibadah, jalana, dan sebagainya. Para siswa juga menggalang dana untuk kaum duafa dan untuk membantu saudara muslim kita di Palestina, sebagai bentuk peduli remaja yang akan mereka titipkan ke sebuah komunitas. Ya, sebisa mungkin mereka harus menghadirkan kebaikan-kebaikan. Selain itu SMA PPN juga menggelar cerdas cermat seputar pengetahuan umum yang tentunya diikuti oleh seluruh siswa dari kelas sepuluh sampai kelas 12. Selanjutnya pada tanggal 12 Agustus, semua siswa menggelar upacara bendera merah putih yang diakhiri oleh ikrar remaja yang berbunyi.

IKRAR REMAJA                                                                         

Kami remaja SMA Putra-Putri Nusantara berikrar dengan kesuguhan hati.

1.     Takwa kepada Tuhan yang Maha Esa

2.     Berbakti kepada nusa, bangsa, dan agama

3.     Berbakti kepada kedua orang tua

4.      Menjauhkan diri dari seks bebas dan narkoba

5.     Menjunjung kebersamaan dan solidaritas tanpa kekerasan

6.     Menjungjung adab dan sopan santun

Setelah ikrar remaja tergelar, barisan dibubarkan dan terdengarlah suara gamelan memenuhi telinga para siswa-siswi, dengan seiring 300 siswi yang mengenakan kostum tari merak yang cantik dan terkesan mewah memasuki lapangan dengan anggunnya dari dua sisi. Berlenggak-lenggok dengan indah dan serempak mengikuti irama dan lagu manuk dadali. Mengundang takjub para siswa-siswi lainnya yang duduk di pinggir lapang. Tariannya benar-benar membius mata, membuat para siswa-siswi berseru kagum dalam afsun. Tak sia-sia latihan selama satu tahun ini, untuk menghasilkan tari merak yang tak seperti biasanya, yang hanya dipentaskan oleh beberapa orang saja . Terlihat Erina yang tampil dipaling depan nampak sangat-sangat cantik, terlebih ia tak mengenakan kaca mata.

“Si Erina geulis euy,’’ seru Gena merasa pangling.

“Gak usah jelalatan!’’ seru Hafitra sambil menoyor kepalanya.

“Bangke.’’ Gena mengusap-usap kepalanya.

Terlihat Fauliza melambai-lambaikan tangan kepada Erina sambil tersenyum, Erina pun membalas senyumannya dengan hangat. Sedangkan Ilmi dan teman-teman osis lainnya tengah sibuk menyiapkan acara selanjutnya, yaitu lengser. Tak lama dari itu terdengarlah suara riuh tepuk tangan setelah para penari menutup tariannya dengan formasi Remaja Untuk Bangsa. Setelah para penari meninggalkan lapangan, digelarlah kesenian lengser. Maka tergelaklah tawa para siswa melihat kelucuan Ki Lengser yang bergigi ompong dan berlenggak-lenggok serta bertingkah lucu. Oh iya, di tahun ini perayaan hari remajanya selain diliput oleh Dodon, juga diliput oleh tv swasta Bandung dan oleh redaksi majalah Bandung yang cukup terkenal.

Setelah lengser usai tergelar, selanjutnya seminar tentang bahayanya narkoba yang di antaranya adalah dapat berupa gangguan paru-paru, penggeseran jaringan paru-paru, penekanan fungsi pernapasan, sulit bernapas, penggeseran pada sistem saraf, halusinasi, kerusakan saraf tepi, gangguan kesadaran, kejang-kejang, gangguan peredaran darah, gangguan pada jantung dan pembuluh darah, infeksi akut otot jantung, penanahan, gangguan pada kulit, dan paling parah itu dapat terinfeksi virus HIV dan AIDS, akibat pemakaian jarum suntik secara bergantian. Selain itu para pengguna narkoba dapat berpikir tidak normal, selalu membutuhkan obat, berperasaan cemas, tegang dan gelisah. Lamban, apatis, pengkhayal, cenderung menyakiti diri, merasa tidak aman, antisosial, mental terganggu, dikucilkan, pendidikan terganggu, prestasi turun, mudah marah, asusila, dapat bertindak kriminal, dan masih banyak lagi. Tentunya masa depan suram dan hancur. Hanya orang-orang bodoh yang percaya bahwa narkoba dapat memberikan ketenangan, kedamaian, kebahagian, dan dapat menyelesaikan masalah. Karena buktinya narkoba benar-benar meracuni dan membunuh. Maka kibarkanlah bendera dan nyatakan perang pada narkoba! Sebab terlalu sayang, hidup yang singkat ini dipersembahkan pada narkoba. Sudah singkat, sekali lagi. Setelah mati, maka tidak ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya, selain penyesalan yang sangat-sangat menakutkan di dalam keabadian.

Setelah itu penyuluhan bahaya seks bebas di kalangan remaja. Penyuluhan-penyuluhan seperti ini sangat-sangat penting diadakan, mengingat remaja di negara kita cukup memprihatinkan. Tak sedikit para remaja menjadi pembunuh dan tak sedikit pula yang bunuh diri akibat dari seks bebas. Selain itu karena seks bebas harga diri hilang, begitupun dengan kehormatan. Nama baik, nama orang tua, nama sekolah tercoreng. Batin tertekan, prestasi menurun, dan tak menutup kemungkinan terjangkit penyakit HIV dan AIDS. Selain itu juga merupakan dosa yang besar. Sudah seharunya yang terjaga tetap terjaga, bukan?

Tah dengekeun Radel! (Nah dengerin Radel),” celetuk Gena

Sia oge dengekeun!’’ Radel menoyor kepalanya.

Terdengarlah gelak tawa dari sebagian siswa mendengar celetukkan mereka berdua, dan terlihat Radel melambai-lambaikan tangan kepada kamera sambil mengatakan, “Mak anak emak hiji-hijina asup tv (Bu anak ibu satu-satunya masuk tv).’’ Radel nyengir dengan lebar.

Setelah acara penyuluhan, kemudian dilanjutkan pada penampilan Feby Putri bersama kawan-kawannya, membawakan lagu-lagu cover dari musisi ternama negeri ini yang super keren, seperti Garis Terdepan, Celengan Rindu (Fiersa Besari) dan sebagainya. Tentunya juga membawakan lagu yang sangat disukai Erina, Halu.

~*~

Malamnya, adalah puncak perayaan hari remaja yang selalu dinanti-nanti oleh sebagian besar siswa. Di mana akan tergelar banyak pertunjukkan, seperti jaipong, angklung, drama, stund up comedy, band, dance, dan sebagainya. Iya, perayaan ini bukan hanya sekedar memperingati, akan tetapi juga sebagai wadah para siswa untuk berkarya, dan tentunya untuk melestarikan kesenian dari tanah Pasundan. Jika bukan mereka yang melestarikan, maka siapa lagi? Dan terlihat para OSIS nampak berwibawa dan berkarisma, mengenakan kaos berslogan Remaja Untuk Bangsa. Sedangkan para siswa yang lainnya nampak cantik dan tampan, mengenakan baju terbaik mereka dengan bersematkan pin berslogan Remaja Untuk Bangsa di dada sebelah kirinya.

Masya Allah, dua sahabatku ini cantik banget,’’ puji Ilmi tulus pada Erina dan Fauliza sambil menyuguhkan senyuman yang indah dan rekah.

Hanupis,’’ seru Fauliza dan Erina kompak.

“Kamu juga cantik,’’ puji Erina.

“Mereka aja yang dipuji, aku enggak.’’ Hafitra pura-pura sebal.

“Hmm, Fitra juga ganteng banget,’’ puji Ilmi tulus

“Kalau aku?’’ tanya Radel yang baru saja tiba bersama Ihfa sambil mengedip-ngedipkan matanya dengan centil, membuat Ilmi tertawa geli melihatnya.

“Bikin enek.’’ Fauliza memeluk tangan sambil memicingkan mata, tak suka.

“Kamu yang bikin enek, kaya ondel-ondel.’’ Radel nyolot sampai-sampai memonyong-monyongkan bibirnya.

“Apa kamu bilang?’’ geram Fauliza bukan main.

“Ondel-ondel, wle.’’ Radel memeletkan lidahnya.

“Jaga mulutnya!’’ Hafitra menoyor kepala Radel.

“Enggak, Fauliza cantik kok,’’ puji Ihfa tulus, hingga pipi Fauliza merona karena tersipu malu dan membuat hati Hafitra semakin sakit. Sementara itu Ihfa tertunduk dengan malu, entah kenapa ia bisa meluncurkan kata tersebut? Ia tak tahu dan ini pertama kalinya. Terlihat ia juga salah tingkah.

“Wah, wah, sahabatku nih udah berani gombalin cewek,’’ seru Radel sambil merangkul pundak Ihfa. “Si Bafau pula, kaya gak ada cewek lain aja,’’ eluh Radel yang kemudian menghela napas kasar. “Dia itu jelek.”

“Apa kamu bilang?’’ Rasanya ubun-ubun Fauliza mendidih.

“Jelek!’’

Ilmi menghela napas kasar, selalu saja seperti ini. Sedangkan Erina tengah berusaha melerai mereka dengan kata-katanya yang manis, namun terkesan seperti tengah membujuk anak TK.

“Eh teman-teman, aku harus kerja ya!’’

Lihat selengkapnya