Ruang dan Batas

Sri Winarti
Chapter #4

Bab 3

Nampaknya percakapan Ilmi bersama Erina dan Fauliza begitu menarik, begitupun dengan Hafitra dan Prayoga yang sama-sama hendak pergi ke lapangan untuk menggelar upacara bendera merah putih. Sedangkan Ihfa selalu saja sendirian, tak pernah bercakap-cakap hangat dengan teman-temannya yang lain seperti mereka. Entahlah, entah kenapa ia begitu individualis? Tak ada yang tahu kecuali Fauliza.

Sementara itu terlihat Radel tengah memasukkan kemejanya ke dalam celana. Hari ini ia akan ikut upacara. Kalau tidak dimasukkan akan ditegur dan dimarahi oleh Pak Ginanjar atau guru BK lainnya, terus bisa-bisa ia dipajang dari awal upacara digelar sampai selesai di depan seluruh siswa SMA PPN ini, seperti manaken di butik. Setelah usai membetulkan seragamnya, kemudian ia berlarian menyusul Ilmi.

“Ilmu hitam, pinjem dasi dong! Kan kamu pake kerudung, jadi enggak akan keliatan.”

“Enggak boleh!” larang Fauliza sengit.

“Aku ngomong sama Ilmi bukan sama kamu Bafau, diam deh gak usah nyebelin.”

“Kamu tuh yang nyebelin.”

Radel tak menghiraukannya. “Kalau enggak boleh, aku ambil paksa gimana?’’ gertak Radel pada Ilmi sambil menaikkan alisnya.

“Gak bolehlah!” larang Ilmi dengan suara yang selalu datar.

“Ya, minjem dong.”

Ilmi melepaskan dasi, lalu meminjamkannya kepada Radel secara terpaksa. Mau bagaimana lagi coba? Daripada diambil paksa, kan? Mending dipinjamkan.

“Sekalian sama topinya.” Radel mengambil topi SMA Ilmi, lalu memakainya. “Kamu pake aja topi PMR, bawa kan?’’ ucapnya lagi sambil berusaha memasangkan dasi yang baginya sedikit sulit.

“Kamu tuh dikasih hati minta jantung tahu.” Fauliza kesal bukan main, lalu ia menendang kaki Radel dengan sekuat-kuatnya hingga ia meringis kesakitan.

“Kasar banget sih jadi cewek,” teriak Radel tak terima telah diperlakukan kasar. “Aku enggak dikasih hati dan enggak minta jantung, ya.” 

“Itu namanya dikasih hati minta jantung.’’

“Udah dong, jangan bertengkar ya! Allah mah enggak suka. Inget bertengkar itu enggak baik,’’ kata Erina dengan manisnya, membuatnya tambah imut.

“Bodo amat, ’’ ucap Radel dan Fauliza serempak.

Ilmi menghela napas. “Fau, udah!’’ suruhnya penuh kelembutan. “Dan Del, udah juga! Kan, udah kasih pinjem.’’

“Pakein dong, Ilmu hitam!’’ suruhnya.

“Pake aja sendiri ya!’’ Ilmi kemudian beranjak ke kelasnya untuk mengambil topi PMR. Untung ia membawanya, kalau tidak bagaimana coba?

“Pakein dong Dora!” suruh Radel pada Erina.

Hah, mentang-mentang rambut Erina pendek dan berponi seenaknya dipanggil Dora.

“He.’’ Erina nyengir. “Erin mah enggak bisa masang dasi untuk orang lain,’’ ucapnya sambil tersenyum masam.

“Pakein dong Bafau!”

Lihat selengkapnya