Persiapan demi persiapan dimulai untuk menyukseskan acara persami tahun ini. Azio sebagai pradana putra dan Liora sebagai pradani putri sangat bertanggung jawab dalam acara ini. Status mereka bukan lagi ketua pelaksana, tetapi penanggung jawab berjalannya acara ini.
Untuk itu, hari ini sepulang sekolah, mereka bersama Raihan dan panitia lainnya menggerakkan anggota pramuka untuk latihan prosesi pembukaan serta upacara adat nanti.
“Ekskul tari dan karawitan sudah siap untuk tampil?” tanya Azio pada Raihan.
“Sudah, Kak. Ketua ekskulnya sudah siap untuk mengisi acara,” jawab Raihan mantap.
“Oke, kalau proposalnya gimana? Udah dibuat?”
“Sudah, Kak. Salsa yang pegang proposalnya.”
Azio mengangguk mengerti. ia tidak salah pilih saat Raihan mencalonkan menjadi ketua pelaksana persami tahun ini. Tiba-tiba seorang gadis menghampiri mereka yang sedang duduk santai sambil melihat anggota persami latihan.
“Kak Azi!” panggil Salsa tak jauh dari mereka. Azio dan Raihan menoleh ke sumber suara.
“Kak, ini proposalnya. Tinggal tanda tangan saja,” kata Salsa sambil menyerahkan kertas bersampul itu.
“Masih gue doang ini?” tanya Azio setelah selesai bertanda tangan.
Salsa mengangguk, ia menyerahkan pulpen dan kertasnya pada Raihan yang juga harus bertanda tangan. “Kata Kak Liora, harus Kak Azi dulu yang tanda tangan,” jujur Salsa.
“Lah, ada-ada aja, tuh, bocah!” jawab Azio geli.
“Tasya kemana? Kok nggak sama dia?” tanya Raihan sambil menyerahkan pulpen pada Salsa.
“Tasya masih munggu fotokopian surat ijin untuk peserta,” jawab Salsa yang langsung diangguki Raihan dan Azio.
“Eh, itu Liora sama Sean.” Azio melihat dua orang dari arah masjid sedang berjalan ke arah mereka. “Yan! Sini!” teriak Azio. Sean mengangkat tangannya tanda tahu tempat Azio duduk.
“Kak Sean sama Kak Liora udah pacaran, ya?” tanya Salsa ingin tahu. Sebelumnya semua anggota pramuka tahu bahwa Sean sedang gencar-gencarnya pedekate dengan Liora, termasuk Salsa juga tahu.
“Udah, baru kemarin pacaran,” ucap Azio menjelaskan. Salsa dan Raihan mengangguk mengerti.
“Lo sendiri kapan, Kak?” tanya Raihan jahil.
“Kapan-kapan, deh! Kalau nggak sabtu ya minggu,” balas Azio asal. “Lo nggak mau nyusul, Rai?”
“Mau, sih, tapi ceweknya nggak tau tuh gimana,” jawab Raihan sedih.
“Lo sih, tanya dong ke ceweknya. Mau nggak pacaran?”
“Gimana, Sal? Mau sekarang apa besok, nih?” tanya Raihan pada Salsa yang dari tadi hanya nyimak.
“Hah?!” kata Salsa tak percaya. Bercanda apalagi ini? Bukan hanya Salsa yang terkejut, Azio juga ikut tidak menyangka saat mendengar ucapan Raihan itu.
“Wahh, maksud lo Salsa ceweknya? Jangan mau, Sal, sama Raihan. Cowok ngeselin gitu! Mending sama gue,” ucap Azio terkejut.
“Eh,” kata Salsa yang tak mampu menjawab apa-apa.
Tak lama kemudian, Sean dan Liora datang dan memotong perrbincangan ketiga remaja itu. “Hai, pada ngapain di sini?” tanya Liora.
“Lagi memperebutkan Salsa mau jadi pacar siapa,” ucap Azio tanpa mengalihkan padangananya pada Raihan.
“Yah, jiwa fuckboy lo kenapa masih melekat, sih, Yo!” kata Liora sambil menepuk keras pundak Azio. “Mending Salsa sama Raihan aja, yang masih anget!”
“Raihan anget dari mana, Li? Mukanya aja sok anget, padahal mah udah kaya titisan Ratu Elsa!” balas Azio nyolot.
“Sial!”
***
Malam ini langit sangat terang, seorang laki-laki sedang menatap ponselnya sendu. Ingin sekali jari-jari tangannya bergerak untuk menekan kontak seseorang itu.
“Udah tidur belum, ya?”
“Ah, coba aja dulu.”