Flashback on...
“Kamu pikir dengan kamu pergi dia akan bahagia?!”
“Aku nggak tahu, tapi ini keputusan aku, Li!”
“Lan, pikir pakai otak kamu! Dia masih kecil, dia butuh sosok ibu di sampingnya!”
Perempuan itu diam, berusaha mencerna ucapan adik kandungnya itu. “Tolong, ngertiin aku, Li. Aku harus pergi, bagaimanapun juga ini pilihanku.”
“Aku nggak habis pikir sama kamu, Lan! Dimana hati nuranimu sebagai ibu?!” bentak perempuan berjilbab merah.
“Aku sayang sama anakku, tapi aku harus pergi. Aku harus menyelsaikan semuanya, Li,” lirihnya dengan suara serak.
Perempuan berjilbab merah hanya mampu menggeleng-gelengkan kepala. Ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran kakaknya yang tega meninggalkan anaknya demi alasan yang bahkan adiknya tidak tahu.
“Mas Adi udah nggak ada, Lan. Satu-satunya yang kamu punya Cuma anakmu. Kamu tega ninggalin dia yang bahkan masih umur segitu?!” Liara masih berusaha memohon pada kakaknya yang sudah membawa koper itu.
Ilana hanya mampu menahan tangisnya. Kepergian suaminya beberapa bulan yang lalu membuat hidupnya semakin kosong. “Aku harus pergi. Aku titip Salsa sama kamu, Li.” Setelah mengatakan itu, Ilana pergi dari rumah dengan mobilnya. Meninggalkan adik kandungnya yang masih menatapnya dengan emosi membara.
Tanpa sadar, seorang gadis kecil dari balik pintu melihat semua kejadian itu. Air matanya menetes seiring dengan langkah kaki ibunya pergi dari rumah.
“Kalau Mama sayang Salsa, kenapa Mama pergi?”
Flasback off...
***
“Kayanya gue curiga sama lo,” ucap salah satu cowok yang duduk di sofa biru itu.
“Sama, gue kayanya sepemikiran sama lo,” sahut cowok di sebelahnya yang masih memegang segelas air putih.
“Mending lo jujur sama kita, Rai,” ucap cowok memakai hoodie putih itu.
“Jujur apa lagi?” balas Raihan malas.
“Perasaan lo, jujur sama kita,” kata cowok yang masih berdiri dan bersandar di jendela kamar.
Raihan menghela napas kasar, ia mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Semua sahabatnya menatapnya dengan tatapan mengitimidasi. Meski Arfan yang sibuk makan keripik, Riko yang sibuk main PUBG, mata mereka tetap mengawasinya. Tak ada jalan lari untuknya.
“Oke gue jujur,” putus Raihan akhirnya.
Mendengar pernyataan Raihan, empat sahabatnya langsung duduk melingkar di atas kasur Raihan. Kali ini tidak ada yang main-main atau sibuk dengan urusannya. Mereka benar-benar serius dengan hal ini.
“Gimana?”
“Ayo cerita.”
“Buruan, keburu hujan!”
“Rai, cepet! Keburu subuh.”
Raihan menatap semua sahabatnya ini, ia berusaha mencari titik kepercayaan pada keduanya. Walaupun sebenarnya, ia sudah sangat percaya dengan mereka. Ini tentang perasaannya, bukan hal main-main yang harus diceritakan sana-sini.
“Woy, buruan!”
“Lama ah!”
“Sok mikir lagi!”
“Lo kesurupan? Kok diem.”
***
Seorang gadis berjilbab kuning sedang duduk santai di depan laptopnya. Sudah hampir tiga film menemani hari minggunya. Dia sangat kesepian karena teman-temannya sedang sibuk menikmati minggu ini.
Felly dan Ody sibuk berkencan dengan pasangannya masing-masing. Meskipun Ody sedang ada sedikit masalah, ia tetap berusaha baik-baik saja. Kusnul sendiri sedang ada acara bersama tim SKI sekolah. Sedangkan Nabilla dan Riska ada acara keluarga di luar kota. Sementara Elisa, dia bilang ada urusan sama Satria. Entahlah, sepertinya hubungan mereka akan berlanjut.