Ruang Kata

Firsty Elsa
Chapter #9

BAB 8

Seorang gadis berjilbab coklat muda dipadukan dengan rok panjang warna senada sedang duduk di kursi kafe. Wajahnya terlihat murung sambil sesekali menoleh ke arah pintu masuk dan ponselnya. Ia sedang menunggu seseorang sejak lima belas menit yang lalu.

Tak lama kemudian, seorang cowok berjaket army datang dengan tergesa-gesa. Ia langsung duduk di kursi depan gadis itu dan meletakkan kunci mobilnya.

“Udah lama?” tanya Raihan sambil menyisir rambut dengan tangan.

Gadis itu menggeleng, ia diam menikmati pesona cowok itu. Rambut berantakan miliknya membuat nafasnya tercekat tiba-tiba.

“Udah pesen?” tanya Raihan yang membolak-balikkan buku menu di hadapannya.

“Udah, kok. Lo pesen aja dulu,” balas gadis itu tanpa mengalihkan perhatiannya pada cowok itu.

Raihan segera memanggil pelayan untuk memesan minum. “Jadi, mau nyanyi apa?” tanya Raihan langsung.

Gadis itu tersadar dan langsung tersenyum kikuk. “Ehm, tadi gue sempet liat di youtube soal lagu duet gitu. Lo tahu lagu yang judulnya Tak Ingin Sendiri?”

“Tahu, kayanya itu bagus,” balas Raihan.

“Gimana kalau lagu itu? Lo bisa kan mainnya?”

“Boleh, lagunya gampang, kok.” Raihan mengambil ponselnya dari saku dan meletakkannya di meja.

Beberapa menit kemudian, seorang pelayan datang mengantar pesanan. Setelah selesai menikmati makannya, mereka berdua beranjak dari duduknya dan menuju belakang panggung kafe.

Raihan mengambil gitar yang sudah disiapkan, sedangkan gadis itu mengambil tempat berdiri di atas mic.

“Selamat malam semua. Meski malam ini sangat dingin, kita tak akan pernah sendiri. Karena aku akan selalu menemanimu.”

“Malam ini aku tak ingin aku sendiri. Kucari damai bersama bayanganmu. Hangat pelukan yang masih kurasa. Kau kasih kau sayang...” Suara lembut gadis itu mengalihkan seluruh pandangan pada dua remaja di atas panggung itu.

“Aku masih seperti yang dulu. Menunggumu sampai akhir hidupku. Kesetiaanku tak luntur hatipun rela berkorban. Demi keutuhan kau dan aku...” Riska mulai membuka lagu.

“Biarkanlah aku memiliki. Semua cinta yang ada di hatimu. Apapun kan ku berikan cinta dan kerinduan. Untukmu dambaan hatiku...” Suara berat Raihan membuat beberapa gadis di sana menjerit histeris.

Lampu-lampu kafe berubah menjadi lebih gelap diiringi kerlap-kerlip lampu kecil. Di tambah beberapa pengunjung dan mengangkat ponselnya dan menyalakan flash ponselnya. Semua pengunjung mulai menikmati lagu itu.

Berbeda dengan dua remaja di meja ujung kafe itu. Mereka terlihat sedang memikirkan sesuatu. “Gue kaya kenal sama mereka, Kak,” ucapnya ragu.

“Sama, itu cowoknya kaya nggak asing gitu,” balas laki-laki berkacamata itu.

“Itu... Itu Riska kan?” pekiknya saat mendengar suara gadis itu lebih detail. Ia menatap laki-laki di sampingnya untuk meminta jawaban.

“Ahh, iya! Yang cowok itu bukannya Raihan?” kata Arel sambil membalas tatapan kekasihnya itu.

Felly mengangguk pelan, ia masih terkejut dengan apa yang dilihatnya malam ini. Meski ia masih ragu, Felly mengambil ponselnya dan mengambil gambar apa yang dilihatnya.

“Kok bisa?”

“Malam ini tak ingin aku sendiri. Kucari damai bersama bayanganmu. Hangat pelukan yang masih kurasa. Kau kasih kau sayang...”

***

Dua orang remaja sedang tengkurap di karpet berbulu dengan masker beras di wajahnya. Satu di antaranya sibuk bermain game di ponselnya sedangkan satunya lagi sibuk membaca buku tebal itu. Malam sabtu ini mereka gunakan untuk memanjakan diri sendiri setelah lima hari kerja yang melelahkan.

“Anjir, kalah!” jerit gadis berjilbab kuning. Ia membanting boneka beruang kecil di hadapannya.

“Apa, sih, teriak-teriak?” tanya gadis berjilbab instan itu. Ia bingung melihat sahabatnya menjerit marah.

Drrtt...drrtt...drtt...

“Apalagi sih?” pekiknya pelan. Gadis itu membua notifikasi yang muncul dari ponselnya. Matanya melotot seketika saat membaca pesan itu.

Fellytong

Send a pict

“Apa, Bill?” tanya Elisa yang melihat perubahan raut wajah Nabilla.

Nabilla membalikkan tubuhnya agar bisa duduk dengan mudah. Dia menyerahkan ponselnya pada Elisa yang duduk di sebelahnya. Elisa melotot tak percaya melihat foto itu. Lalu ia beralih menatap Nabilla untuk meminta penjelasan. Tapi nihil, Nabilla sendiri juga tidak tahu harus menjawab apa.

“Ini serius?” tanya Elisa.

“Kalau liat fotonya, sih, iya. Tapi bisa aja kan cuma nggak sengaja ketemu,” kata Nabilla berusaha positif thinking.

“Tapi di sini Felly bilang kalau mereka emang lagi ketemuan,” kata Elisa sambil menggeser layar untuk membaca pesan terakhir dari Felly.

“Hah?” Nabilla melihat ponselnya dan benar apa yang dikatakan Elisa tadi.

Mereka bener ketemuan, ini gue sama Kak Arel lagi makan semeja sama dia

Begitulah isi pesan yang dibaca Elisa dan Nabilla. Mereka saling pandang dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu keduanya menggeleng keras bersama berusaha mengalihkan pikiran negatifnya.

“Nggak mungkin, lah!”

“Iya juga, kan kita sahabatan udah lama, El.”

“Nah, iya. Gue hafal banget sama sikapnya.”

“Tapi...”

“Jangan sampai, lah!”

“Gue nggak mau semua hancur cuma gara-gara cowok.”

Lihat selengkapnya