Ruang Kata

Firsty Elsa
Chapter #11

BAB 10

Hari ini kelas XI IPA 6 dihebohkan dengan kedatangan Naya dan beritanya. Gadis itu sudah berdiri di depan kelas bersama dua pengikutnya. Di depan mereka, sudah ada banyak siswa yang menunggu dirinya untuk menyampaikan kabar terbarunya.

“Lama banget, sih, Nay! Lo nunggu apa lagi?” teriak salah satu gadis yang berada di antara puluhan siswa di kelas itu.

“Sabar dulu, dong!” kata Chelsea mewakili.

“Tik, belum datang anaknya?” tanya Naya berbisik pada Tika yang berdiri di sebelahnya. Tika menggeleng, ia belum melihat tanda-tanda orang yang ditunggu datang.

“Allahuakbar!” jerit Arfan dan Riko bersamaan. Mereka baru datang dan melihat keramaian di pintu kelasnya. Dari jendela mereka juga dapat melihat banyaknya siswa yang berada di dalam sana.

“Ada yang bagi-bagi sembako, ya? Kok rame banget!” tanya Riko sambil berjinjit agar dapat melihat situasi yang terjadi di dalam.

“Riko! Kok rame-rame ada apa?” tanya Riska yang baru datang bersama Felly. Di belakangnya ada Kusnul dan Ody yang juga baru selesai salat dhuha di masjid.

“Mana gue tahu, orang gue juga baru datang,” balas Riko.

“Perasaan tadi masih sepi, sekarang kok udah rame aja,” kata Kusnul bingung. Ody mengangguk, ia merasa penasaran dengan apa yang terjadi di dalam.

“Misi-misi, presiden mau lewat!” kata Arfan sambil menyelinap masuk ke dalam. Beberapa siswa membuka jalan untuk mereka pemilik kelas.

Sampai di dalam, mereka melihat Naya dan dua pengikutnya sudah berdiri di depan kelas dengan tampang sombongnya.

“Lo ngapain ke sini Ratu Gosip?” tanya Arfan langsung.

“Nunggu anak pungut dateng!” jawab Naya santai.

Semua orang yang mendengar jawaban Naya terkejut. Beberapa siswa sedang berbisik-bisik dengan menerka-nerka siapa yang dimaksud oleh Naya itu.

“Anak pungut?” beo Riska.

“Iya, sahabat sejati lo yang suka cari perhatian itu!” tambah Tika.

Sementara itu, tiga orang cowok yang baru saja datang berdiri di barisan belakang siswa yang ada di depan pintu. Mereka berusaha mendengarkan apa yang terjadi di dalam. Satu dari mereka mengepalkan jarinya dengan kuat. Sial! batinnya.

Raihan menerobos masuk ke dalam, diikuti oleh Satria dan Fauzan yang kebetulan bersama. Raihan menatap tajam tiga orang gadis yang berada di dekat papan tulis itu. Seketika semua diam. Suasana kelas menjadi sunyi. Hanya deru napas yang saling bersahutan.

“Rai-Raihan?” kata Naya gugup. Ia sangat terkejut saat cowok itu tiba-tiba sudah ada di kelas. Chelsea dan Tika memundurkan langkah agar berada di belakang Naya. Jujur saja, mereka takut melihat tatapan Raihan saat ini.

Raihan masih diam. Wajahnya masih datar dan matanya menajam. Satu peringatan ia berikan pada mereka. Naya berusaha mengontrol sikapnya agar tidak terlihat takut pada cowok itu.

“Lo ngapain, sih, repot-repot ke sini, Ratu Gosip,” kata Satria yang berdiri di samping Raihan. Ia meletakkan lengannya di bahu Raihan agar cowok itu mengontrol emosinya.

“Lo mau bagi-bagi sembako di sini? Pake ngumpulin pengikut sebanyak ini, lagi!” seru Fauzan terkekeh. Ia merasa kasihan melihat Ratu Gosip seangkatannya yang sangat kurang kerjaan ini.

“Kalau mau kasih kabar gosip itu sekalian pake toa sekolah, biar semua denger. Nggak perlu lo undang mereka ke sini,” sahut Arfan.

“Mentang-mentang kelas gue paling luas, terus lo bisa pakai seenaknya? Bayar kalau mau!” kata Riko asal.

Naya semakin dipojokkan dengan beberapa ucapan cowok-cowok itu. Ia merasa seperti sedang dipermalukan di depan publik. Ia ingin segera pergi dari sini. Namun, niatnya terhenti saat melihat dua orang gadis yang sedang berjalan dari luar ke arah mereka. Mangsa datang.

“Anak pungut udah dateng, tuh!” seru Naya sambil menoleh ke arah pintu. Seolah itu kode, semua siswa juga ikut menoleh ke arah pintu.

Tiga orang gadis yang baru datang itu merasa bingung sendiri ditatap oleh banyaknya mata di sana. Mereka saling menatap satu sama lain.

“Salsabilla Aulya, siswa SMA Persatuan yang tinggal di indekos Puri Emas hampir enam tahun lamanya. Satu-satunya siswa yang orang tuanya tidak pernah hadir saat pembagian rapor.” Suara lantang Naya membuat semua orang di sana menduga-duga.

“Jelas aja orang tuanya nggak pernah datang. Orang dia anak pungut! Orang tuanya malu kali punya anak kaya dia!” tambah Tika.

Lihat selengkapnya