Ruang Kata

Firsty Elsa
Chapter #18

BAB 17

Hujan deras kali ini mengguyur Kota Metropolitan itu. Meski begitu, masih banyak kendaraan berlalu lalang di jalanan. Suara klakson motor dan mobil saling bersahutan. Raihan membelokkan motornya ke bercat abu-abu itu. Di sana sudah ada satu mobil dan tiga motor lainnya yang Raihan yakin milik sahabat-sahabatnya.

Raihan turun dari motor dalam keadaan sedikit basah karena hujan yang tiba-tiba turun tadi. Dia membuka helmnya dan segera berlari menuju garasi rumah yang terbuka.

“Yee, baru dateng orangnya!” sindir salah satu cowok berkaos hitam itu.

“Hujan.”

“Ya tahu kalau hujan. Tapi kan hujannya baru dateng, lo nya aja yang ngaret!” balas Riko sarkas.

“Coba lo dateng dari tadi, nggak akan basah,” kata Arfan yang baru muncul dari dapur dengan membawa mug berisi kopi.

“Berisik, ah!” Raihan tak menghiraukan ucapan sahabatnya itu. Ia memilih pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan sekaligus berganti pakaian.

Raihan keluar kamar mandi dengan tubuh sedikit fresh. Ia bergabung dengan empat sahabatnya di sofa tengah itu. Raihan menyisir rambutnya yang basah dengan tangan kirinya. Mereka berlima sudah bersiap untuk segera pergi ke stasiun. Arfan dan Satria sengaja membawa mobil, sedangkan Riko dan Fauzan membawa motornya. Hanya Raihan yang menebeng Satria karena malas membawa motor sendiri.

***

Suasana Alun-Alun Trenggalek pagi ini sangat ramai. Pasalnya ada kegiatan Car Free Day yang selalu digelar setiap minggu. Kebetulan hari ini Aira mengajak Salsa dan kawan-kawan untuk ikut acara itu. Olahraga tipis-tipis lah.

Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan mereka. Membuat tiga gadis yang telentang itu segera bangkit. Lima gadis lainnya saling berpandangan bingung.

Turunlah seorang cowok berkaos hitam, celana hitam, dan jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger manis di matanya. Cowok itu turun dengan gaya yang tidak asing bagi para gadis itu.

“Kaya kenal,” bisik Salsa lirih.

“Gue ngrasa sering ketemu sama dia,” balas Elisa tak kalah lirih.

“Bukan orang sini ini mah,” kata Aira pelan.

Lalu disusul di belakangnya turun lagi seorang cowok dengan hoodie hitam dengan celana warna senada. Kali ini dia memakai topi hitam kebanggannya. Ia juga memakai masker yang semakin membuat para gadis bingung. Dengan gerakan cepat, dua cowok itu melepas kacamata dan maskernya bersamaan.

“SATRIA! OJAN!”

Dua cowok itu hanya tersenyum simpul. Disusul dengan turunnya tiga cowok lainnya dari mobil. Siapa lagi kalau bukan Arfan, Riko, dan... Raihan. Ya. Raihan turun paling akhir dari pintu kanan kemudi.

“Buset! Kalian ngapain sampe sini?” tanya Ody bingung.

“Nggak betah ya nahan kangen sama kita?” ejek Kusnul sambil terkekeh.

“Baru juga tiga hari, udah nyusul aja,” kata Felly setelah meneguk habis minumnnya.

“Biasa lahh! Nuruti Bapak Presiden yang kangen sama Ibu Negara!” sahut Riko asal.

Mendengar ucapan Riko, mereka saling berpandangan bingung. Apa maksud perkataan Riko barusan? Sangat ambigu. Mereka berusaha menebak-nebak maksud yang Riko sampaikan itu.

“Ahh! Gue ngerti!” jerit Nabilla sambil mengangkat jari telunjuknya. Seketika semua orang menatap Nabilla untuk meminta jawaban lebih.

“Temen gue, lo Bill!” kata Riko sambil mengarahkan tangannya untuk ber-tos dengan Nabilla.

“Emang ya kalau udah sayang mah susah buat jauh-jauh,” celetuk Arfan.

“Udah-udah, kalian ke sini ada apa?” tanya Aira yang sejak tadi diam. Sebagai tuan rumah, dia harus tahu tujuan cowok-cowok itu kemari.

“Itu tanya aja sama Raihan. Katanya mau ketemu Salsa,” ucap Riko spontan. Fauzan sambil menyenggol lengan Riko. Riko yang baru sadar dengan ucapannya segera menutup mulutnya kemudia meringis tak berdosa.

“Lahh, keceplosan gue. Maaf Bapak Presiden,” ucap Riko sambil melirik Raihan yang menatapnya tajam. “Peace!

Raihan menghela napas pelan. Sahabat-sahabatnya ini memang keterlaluan. Niatnya untuk kejutan gagal sudah karena ucapan Riko yang seperti ember bocor di rumahnya.

“Mending sekarang kalian ke rumah gue aja. Di rumah gue masih ada kamar kosong, kayanya cukup buat kalian. Gimana?” tanya Aira menawarkan tempat tinggal untuk mereka.

“Iya deh Kak, lagian kita di sini juga nggak tahu mau nginep di mana.” Fauzan mengajak teman-temannya segera ikut masuk ke mobil yang menunggu mereka.

***

Lihat selengkapnya