Ruang Kelabu

Fey Hanindya
Chapter #2

1. Dita dan Pacar Perempuannya

Tanggal 18 Mei 2011 ....

Malam itu hujan turun dengan derasnya, padahal kemarau sedang semangat-semangatnya mengobarkan bendera. Dita sendiri juga bingung ketika mengingat kembali saat-saat itu. Dia dengan pacarnya yang bernama Rani memutuskan untuk menginap di sebuah penginapan murah, dekat dengan keberadaan mereka saat itu.

Ya, mereka adalah pasangan yang tidak normal alias lesbian. Pasienku yang bernama Dita ini mengaku bahwa dia mengetahui adanya kelainan tentang dirinya itu sejak awal semester kuliah. Dita mulai merasa aneh karena tidak memiliki hasrat ketertarikan ketika beberapa kali berpacaran dengan lawan jenis.

Dita dan Rani mulai berpacaran sekitar satu tahun yang lalu. Hari itu mereka memutuskan untuk berkencan, merayakan hari jadi mereka yang kesekian bulannya di sebuah pantai yang terletak agak jauh dari rumah masing-masing. Saat hendak pulang malam itu, tiba-tiba hujan deras mengguyur basah mereka yang sedang mengendarai motor. Akhirnya, sebuah keputusan untuk mencari penginapan murah terdekat adalah jalan yang diambil, karena wajah Rani terlihat sangat pucat. Giginya gemeletuk menggigil kedinginan saat itu.

Usai membersihkan dan mengeringkan badan di penginapan itu, Rani langsung merebahkan badannya di atas kasur dan menarik selimut menutupi tubuhnya yang telanjang. Pakaian mereka berdua basah dan harus dijemur, hanya handuk untuk mandi yang disediakan oleh pihak penginapan.

Tentu saja semua orang akan tahu kejadian apa yang akan terjadi jika dua sejoli sedang berada di sebuah kamar penginapan dan tanpa busana.

Dita menuturkan bahwa itu bukanlah pertama kalinya mereka berhubungan badan. Sebelumnya dia juga pernah berhubungan badan dengan pacarnya itu di rumahnya sendiri. Menurutku itu benar-benar tindakan gila. Bak sedang menguji nyali di kandang singa.

Meski tidak ada yang curiga dengan hubungan mereka. Orang-orang di rumah hanya menganggap jika Rani adalah temannya Dita. Lagi pula karena Rani adalah perempuan, tidak ada prasangka aneh ketika Dita sering membawa Rani ke kamarnya. Semua benar-benar menganggap jika mereka hanyalah sahabat, bak gadis-gadis lain pada umumnya.

Semua bermula saat Rani yang merupakan seorang teman barunya di kampus. Seorang Rani terus menerus mendekati Dita dengan sangat gencar. Lama kelamaan mereka menjadi dekat satu sama lain. Dita juga sering bercerita tentang orang tuanya yang tiap hari bertengkar dan saling pukul, serta kakaknya yang sekarang sedang terbaring di rumah sakit karena kanker leukimia.

Dita memang tidak lahir dari keluarga kaya raya. Orang tuanya hanya pegawai biasa di kantor yang tidak terlalu besar. Karena penyakit kakaknya yang semakin hari semakin memburuk, keuangan keluarga itu juga semakin menipis tiap harinya.

"Aku juga mulai bekerja paruh waktu untuk meringankan bebas orang tuaku," tutur wanita yang berumur hampir tiga puluhan itu sembari mengusap gusar wajahnya sendiri.

Mereka harus sering membawa kakaknya ke rumah sakit untuk perawatan yang lebih lanjut. Saat itulah kedua orang tuanya mulai saling menyalahkan dan bertengkar. Bapaknya yang kadang tidak dapat mengontrol emosinya, melampiaskan amarahnya itu dengan memukul sang ibu.

"Padahal sebelumnya, walaupun sangat marah, bapak tidak pernah main tangan," Dita mulai menaikkan sedikit nada bicaranya.

Bapaknya itu tidak pernah sekalipun memukul anak-anaknya. Hanya perkataan kasar yang sering dilontarkan ketika emosinya meledak.

Aku bisa melihat mata Dita yang sedang bercerita itu menyiratkan kesedihan mendalam. Air matanya mulai menetes saat menceritakan bagaimana kakaknya itu meninggal. Emosinya benar-benar tidak stabil, mudah naik dan mudah turun.

Kakaknya bukan meninggal karena penyakitnya itu. Namun, meninggal karena kehabisan darah akibat nadinya dipotong. Dia mengiris pergelangannya sendiri di kamar mandi. Setidaknya itulah hal yang kudengar dari tutur kata Dita.

Lihat selengkapnya