Ruang Kelabu

Fey Hanindya
Chapter #31

30. Kebahagiaan Dimulai?

"Bagaimana keadaan kandungan istri saya, Dok?"

"Janin yang berada di dalam kandungan sehat. Namun, saya sempat heran saat melihat ada dua detak jantung. Ternyata Bu Erina sedang mengandung bayi kembar," jelas Dokter Susi pada kami.

Ekspresiku benar-benar tak dapat dijelaskan sama sekali. Aku juga tak tahu harus senang atau sedih. Memang benar, selama ini jarang sekali aku memeriksa kandungan. Makanya tidak aneh kalau Dokter Susi baru memberitahukannya sekarang. Tentu rasa syukur kupanjatkan atas anugerah ganda yang telah diberikan-Nya, tapi apa aku sanggup mengurus dua anak sekaligus? Ah, biarlah itu menjadi urusan belakangan, nikmati saja setiap prosesnya.

Berbeda denganku, ekspresi Mas Awan sangat bahagia mendengar kabar itu. Lihat saja senyumnya yang mengembang itu. Berkali-kali puji syukur terucap dari lisannya. Dia juga menggenggam erat tanganku seolah masih tak percaya dengan perkataan dokter kandungan yang barusan didengarnya.

"Ibu Erina harus lebih ekstra dalam merawat kandungannya. Tidak perlu terlalu memforsir diri dalam bekerja." Dokter paruh baya dengan kacamata ini menjelaskan tentang beberapa protokol yang harus kupatuhi selama proses mengandung ini. Apa aku harus mengambil cuti praktik di rumah sakit? Ah, sepertinya terlalu berlebihan. Toh aku praktik di sana hanya sehari dalam seminggu.

"Baik, terima kasih, Dok."

Usai melakukan pemeriksaan kandungan, aku meminta Mas Awan untuk makan siang di luar saja. Maklumlah, rasa malas untuk memasak di rumah sedang menggerayangiku. Untung saja sudah ada Mas Asep dan Mas Dadang yang membantu untuk menjaga toko roti. Setidaknya Pak Bos ini bisa sedikit bersantai tanpa perlu khawatir dengan situsi di toko rotinya.

Beberapa kali Mas Awan menanyakan makanan apa yang ingin kumakan. Sejujurnya aku tidak tahu harus makan apa, yang penting mengenyangkan perut. Makanya jawaban yang selalu muncul dari mulutku ialah 'terserah'. Memangnya aku salah? Tidak kan?

Saat sebulan kehamilan, aku merasa heran kenapa tidak ada gejala-gejala yang muncul dari tubuhku seperti orang hamil pada umumnya: muntah, mengidam, dan lainnya. Namun saat kandunganku menginjak bulan keempat, aku menyesal pernah mengharapkan bisa merasakan hal itu. Sekarang hampir tiap pagi rasa mual dan muntah menghampiri. Saat duduk, makan, istirahat, bahkan saat tidur pun sering.

Jangan pernah mengharapkan dan menduga-duga hal yang tidak ingin kamu alami. Aku sudah merasakannya, dan itu benar-benar tidak enak. Untung saja Mas Awan sangat sabar menghadapiku, terlebih kalau suasana hati yang tiba-tiba berubah secara drastis, suamiku itulah yang menjadi samsak pelampiasan dari suasana hati yang memburuk.

"Kita makan di Restoran Melati saja ya," tawar Mas Awan.

"Aku pernah makan di sana, masakannya hambar." Sekali lagi kulihat wajah Mas Awan semakin frustrasi setelah mendengar jawabanku.

Hei, apa yang salah? Aku hanya memberikan pendapatku saja.

"Jadi, kamu maunya makan di mana, Sayang?

"Terserah. Aku di mana saja boleh."

"Allahuakbar," sahut suamiku itu sambil mengusap wajahnya kasar.

Setelah mobil berputar-putar mengelilingi kawasan perkotaan cukup lama, akhirnya Mas Awan membelokkan setirnya ke arah kiri dan memarkirkan mobil.

"Ini restoran Korea, Mas. Belum tentu halal." Aku hanya mendapatkan pelototan tajam dari mata Mas Awan, lantas dia melanjutkan langkah kakinya memasuki restoran ini.

Aku masih saja celingak-celinguk mengamati sudut-sudut restoran untuk menemukan tulisan halalnya. Saat seorang pelayan menyodorkan sebuah buku menu makanan, Mas Awan langsung menunjuk ke arah label yang bertuliskan 'HALAL' di pojok kanan bawah buku tersebut. Aku hanya menyengir di hadapannya.

Ya, aku tidak sepenuhnya salah kan? Namanya saja waspada.

"Rasanya enak?"

Lagi-lagi aku hanya bisa menyengir saat mencicipi pesanan kami disuguhkan. Rasanya benar-benar juara. Walaupun ini adalah restoran yang mengadaptasi makanan dari negeri Ginseng, namun rasanya sangat pas di lidah orang Indonesia.

Terkadang kita tak boleh langsung menghakimi apa yang sekilas tampak di mata. Cari tahu terlebih dahulu tentang hal itu. Istilah keren yang sering diucapkan oleh kebanyakan orang adalah don't judge book by the cover. Walaupun aku adalah orang yang akan tertarik dengan buku menurut sampulnya, tapi alangkah lebih baik jika dibaca sinopsisnya sekilas.

"Mas—"

"Rin—"

Lihat selengkapnya