"Mencintai diri sendiri itu berarti menghargai diri sendiri. Menemukan cara bagaimana bisa nyaman dengan diri sendiri. Sekaligus, mengetahui potensi, keunikan, dan hal-hal apa yang perlu ditingkatkan. Setelah tahu semua itu, tetap terima dan membuat diri sendiri merasa nyaman," jelas Psikolog Klinis Dewasa Rena Masri pada salah satu halaman website.
Hampir rata-rata manusia jika diberikan pertanyaan 'siapakah yang paling kamu cintai di dunia ini?', pasti kita semua akan menjawab orang tua, kekasih, saudara, dan sebagainya. Padahal yang seharusnya menjadi jawaban kita: seseorang yang paling utama kita cintai adalah diri kita sendiri.
Pernah perhatikan tidak kata-kata yang selalu saja diulang oleh pramugari ketika hendak lepas landas untuk seluruh penumpang? Jika kondisi pesawat sedang gawat darurat dan kekurangan oksigen, kita sendirilah yang harus memakainya terlebih dahulu, selanjutnya baru pakaikan untuk anak kita.
Begitulah pentingnya peduli dan sayang terhadap diri sendiri, bukan artian egois. Mencintai diri sendiri atau istilah trendy-nya itu self-love adalah melakukan hal yang baik demi menjaga diri sendiri dari banyak hal yang buruk termasuk pikiran negatif. Sedangkan egois, ya seperti yang kita tahu yaitu ingin menang sendiri saja tanpa memikirkan orang lain. Hanya ada aku dan aku.
"Saya pernah berharap untuk tidak pernah terlahir di dunia ini. Saat orang tua bercerai, saya makin benci sama diri sendiri yang harus terus berusaha menghidupi diri sendiri, tapi tidak pernah cukup," kata Dewi, pasien yang sedang berkonsultasi denganku.
Dewi ini adalah salah satu tahanan lapas yang memiliki kasus penipuan, perampokan, pencurian, dan hal semacam itu.
"Kamu terlahir di dunia ini adalah takdir Tuhan. Kita sebagai manusia tidak boleh menyalahkan segala yang telah ditakdirkan Tuhan untuk kita, karena segala hal yang terjadi pasti ada hikmahnya." Orang-orang termasuk diriku memang selalu menyalahkan diri atau Tuhan ketika ada hal yang tak beres sedang terjadi. Padahal, ini semua hanya tentang perjalanan dan pelajaran hidup yang harus kita jalani tanpa menyalahkan siapa pun.
"Kalau saja tidak pernah lahir, saya tidak perlu mengalami ini. Saya tidak akan menjadi perampok, penipu, dan segala jenis pekerjaan kotor ini," imbuhnya lagi.
"Tidak, kamu tidak boleh memiliki pikiran seperti itu. Semua orang itu berharga. Tidak ada yang tak pantas lahir ke dunia. Ini yang kurang kamu terapkan pada diri, mencintai diri sendiri. Kamu sebenarnya mampu menjalani hidupmu dengan baik tanpa harus masuk ke dalam dunia gelap itu." Aku membenarkan posisi dudukku sambil meneguk air untuk membasahi kerongkongan.
Gadis yang sedang duduk di hadapanku hanya menunduk saja dari tadi. Bahkan saat berbicara pun, dia tidak berani menatap mataku langsung.
"Saya tak pantas dicintai, Bu," tuturnya sambil memainkan kukuh-kukuh jarinya.
"Cinta dan kebahagiaan itu dua kata yang sangat berkaitan erat dan memengaruhi satu sama lain. Ketika orang tersebut merasa selalu menderita dan tidak bahagia, maka dia pasti sulit untuk merasa apa itu cinta. Tidak ada seorang pun yang tidak layak untuk dicintai. Kamu harus menghilangkan segala pemikiran itu untuk mendapatkan hidup yang lebih bahagia," jelasku sambil mencondongkan tubuh mendekatinya.
Aku mengerti jika Dewi ini masih belum bisa berdamai dengan diri sendiri, sehingga menyebabkannya kurang mencintai dirinya dan selalu merasa kurang. Memang benar, jika ingin menghilangkan perasaan tidak layak untuk dicintai, maka yang harus dilakukan adalah berdamai dengan semua itu. Segala kenangan buruk, perasaan rendah diri, dan segala keyakinan bahwa diri ini adalah sosok tak layak yang harus dihilangkan segera, diganti dengan menanamkan rasa cinta.
Cinta itu tidak hanya tentang kesempurnaan. Bukan orang yang sempurna saja yang layak mendapatkan cinta, tapi kita semua layak mendapatkan itu. Jika kita sendiri tidak memberikan cinta pada diri ini, bagaimana bisa kita menambah kesempurnaan dalam hidup. Intinya ada pada setiap individu. Semakin dia menghargai dirinya, semakin bahagia hidupnya, semakin jauh pikiran buruk yang mengeruhkan hidupnya.
"Apa saya masih memiliki kesempatan? Orang-orang pasti sudah membenci saya. Apalagi para tetangga, mereka pasti akan menatap sinis," imbuh Dewi dengan nada seakan tak percaya dengan kata-kataku barusan.
"Tentu saja semua orang memiliki kesempatan. Kamu harus memiliki tekad dalam hati untuk berubah, semesta akan mendukung. Seperti yang telah saya katakan tadi, semuanya tergantung pada dirimu sendiri. Jika ingin dihargai dan dicintai orang, mulailah dengan mencintai dirimu sendiri. Kamu itu berharga." Aku terus melihat ke arah Dewi, meski dia terus saja menunduk. Namun, kalimat terakhirku berhasil membuat wajahnya mendongak ke arahku.
"Benarkah itu?" tanyanya dengan wajah yang mulai ditumbuhi harapan.
"Ya, tentu saja."
Aku pernah membaca penjelasan dari seorang psikolog klinis yang bernama Rena Masri. Ada banyak upaya yang dapat seseorang lakukan agar rasa cinta pada diri sendiri itu dapat tumbuh. Dari eksplorasi diri; apa yang bisa dilakukan oleh diri sendiri dan hal yang disukai, membangun hal yang sekiranya dapat meningkatkan rasa cinta terhadap diri sendiri. Kenapa? Karena kita harus, tidak selamanya orang lain dapat mendukung dan membantu kita. Jika sudah seperti itu, siapa yang hendak diandalkan? Tentu saja diri sendiri.
Hal yang paling penting adalah jangan sekali-kali membandingkan diri kita dengan orang lain. Semua orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Cintai kelebihan dan kekurangan itu, jauhi lingkungan yang sering membuatmu jatuh. Hidup ini tidak selalu tentang di atas, ada kalanya kita ini di bawah. Oleh karena itu, memaafkan diri sendiri, lantas menerima kekurangan diri juga bagian dari proses self love.