Blurb
'Ruang Memori' tempat untuk menyimpan semua hal yang terjadi di dalam hidup kita, dimulai dari kita lahir dan sampai umur kita berakhir. Perjalanan kisah ini dimulai dari keluarga 'Hadiwijaya'.
Hadiwijaya adalah seorang Ayah dari 3 anak, anak pertamanya seorang Dokter hebat, anak keduanya seorang Dosen di Universitas ternama, dan anak ketiganya seorang perempuan yang sedang menjalankan bisnis coffe shop setelah menyelesaikan sekolah tingkat SMA.
Hadiwijaya, sebagai seseorang yang memulai hidupnya dengan banyak kesulitan di masa muda tentu dia tidak ingin anak-anaknya bernasib sama. Hal ini membuatnya menjadi terlalu ikut campur dengan mimpi anak-anaknya. Sebagai kepala keluarga, dia sudah berhasil menyetir kedua puteranya untuk menjadi orang yang dia inginkan, berhasil sebagai manusia yang menyandang gelar sukses di masa depan. Namun, Hadiwijaya kesulitan mengendalikan puteri bungsunya, 'Aisyah Hadiwijaya' seorang gadis yang akrba dipanggil 'Aca' ini hidup dengan caranya sendiri, tidak ada hal apapun dan siapapun yang bisa mengemudikan hidupnya.
Prinsip hidup Aca yang begitu kuat membuat banyak keputusan di dalam hidupnya menjadi bertentangan dengan apa yang dilakukan orang tuanya selama ini. Mulai dari pendidikan, cita-cita, persahabatan bahkan cinta, selalu dilewati Aca dengan hal-hal rumit. Sampai suatu hari keributan besar terjadi, Di mana Aca lelah berdebat dengan Bapaknya, lelah menjelaskan bahwa untuk menjadi orang yang berhasil kita tidak perlu validasi dari semua manusia.
Seragam Dokter, Seragama pegawai, atau gelar-gelar yang panjang sama sekali tidak akan menjadikan hidup kita lebih berarti jika kita tidak bahagia ketika menjalaninya. Itu sebabnya bagi Aca menjalani apa yang membuatnya bahagia adalah jauh lebih penting dari pada mengikuti standar keberhasilan yang dibuat oleh manusia dan menyusahkan banyak manusia.
Namun untuk memilih menjalani apa yang mau Aca jalani bukanlah hal mudah, Aca harus siap selalu bertengkar dengan Bapaknya, siap mendengar untuk dibanding-bandiingkan, bahkan suatu hari Aca harus siap bahwa bukan hanya impiannya yang akan dipilihkan tapi juga cintanya, Aca akan menjalani cinta yang dipilihkan oleh orang tuanya. Bahkan setelah Aca sudah tidak mempercayai lagi apa itu cinta.