Benar kata orang, cinta itu adalah anugerah terindah dari sang pencipta. Bagaimana bisa satu rasa yang kadang tidak kita mengerti, justru menjadi segala penyembuh untuk segala sakit, cinta memang selalu menjadi obat, mengubah si murung menjadi riang, dan si riang seperti Aca menjadi tambah riang.
Untuk pertama kalinya, kita melihat gadis sebatu Aca, berubah menjadi manis dan manja, layaknya tokoh disney yang memikat jiwa.
“Ca?” panggil Yohan, saat Aca sedang menyiapkan sarapan pagi, Aca sibuk dengan racikan nasi goreng di hadapannya, sedangkan Yohan duduk manis di samping Aca.
“Apa?” jawab Aca yang masih memotong bawang satu-persatu.
“Em ...” Yohan memegang ujung baju Aca.
“Apa Mas? Mau apa?” tanya Aca lagi, tapi tetap fokus pada bawang-bawangnya.
“Kita, nggak punya panggilan sayang?” seketika tangan Aca berhenti, Aca meletakkan pisaunya, lalu menoleh ke arah Yohan.
“Saya lebih suka kayak ini, terlihat dewasa, sederhana, yang penting kita punya rasa yang sama,” jelas Aca, “Mungkin, untuk sebagian orang, panggilan sayang itu penting, tapi buat saya yang penting itu, ini,” Aca menunjuk dada Yohan, “Hati kamu.” sambung Aca.
Yohan tersenyum, terpukau dengan jawaban Aca, semalaman dia sudah memikirkan panggilan apa yang cocok jika Aca mengatakan, iya, untuk membuat hubungan semakin mesrah, mulai dari Pupu dan Mumu, Baby dan Beib, Baba dan Bubu, Ibun dan Abun, semuanya terasa geli di pikiran Yohan, tapi beruntungnya, Aca memilih untuk tetap seperti ini.
Yohan mengerutkan hidungnya, membuang jauh pikiran nama-nama panggilan sayang yang dia sendiri tidak ingin menyebutnya. Yohan menarik tangan Aca lalu mendekapnya, “Hm ...” Yohan berdeham pelan, merasakan nyaman ketika memeluk Aca.
“Kalo di peluk terus, kapan kita sarapannya?” tanya Aca tertawa kecil, Yohan langsung melepaskan pelukannya, tersenyum dan membiarkan Aca kembali sibuk dengan masakannya.
Sambil menunggu Aca menyiapkan sarapan, Yohan yang tadinya memikirkan nama panggilan, kini beralih fokus pada ponselnya, seperti sedang mempelajari sesuatu dari internet. Setelah mengamati dan membaca tulisan pada layar ponselnya, bolak-balik mencoba mengerti dan memahami isi tulisan yang dia baca, akhirnya Yohan berdiri, berjalan mendekati Aca yang sudah mulai menggoreng nasi di atas kompor.
Pelan-pelan Yohan melingkarkan tangannya di pinggang Aca, membuat Aca kaget, “Eh, kamu kenapa, sih?” Aca bertanya sambil menahan tawanya, tingkah Yohan akhir-akhir ini memang sangat menggemaskan, sebetulnya sama seperti dirinya.
“Hehehe, lagi praktek!” jawab Yohan tercengir tak berdosa, Aca mengerutkan dahinya, tidak mengerti apa yang sedang dilakukan suaminya ini.
“Praktek apa? Awas loh, ini kena nanti, wajannya panas.” Aca sedikit membawa Yohan mundur, agar tidak terlalu dekat dengan kompor dan wajan panas itu, takutnya alih-alih ingin romantis malah terjadi hal yang tidak diinginkan.
“Ini, nih.” Yohan menunjukkan ponselnya ke Aca, tertulis dengan jelas di sana.
“Kegiatan romantis yang disukai wanita.” Aca tertawa setelah membaca keyword yang ada di ponsel Yohan.
“Hahaha, kamu serius nyari ini?” Aca tertawa puas, sambil menunjuk ke layar ponsel Yohan.
“Iya.” Yohan menjawab penuh kepolosan dan kejujuran.
“Ok,” Aca mematikan api kompornya, berbalik menghadap ke Yohan, “Udah belajar berapa teori, kegiatan romantis?” tanya Aca yang kini sudah menghadapkan wajahnya ke Yohan.
“Hehe, baru satu ini.” Yohan tercengir, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Kalo gitu, nanti saya kasih tau sisanya.” Aca menunjuk ujung hidung Yohan.
“Ok.” Yohan bersemangat.
“Sekarang kita sarapan!”
-||-
Setelah sarapan, Aca dan Yohan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, Aca sedang fokus pada ponselnya, karena sudah mendapat izin cuti dari kafe, dan Yohan sedang mengendarai mobilnya untuk ke minimarket, membelikan pesanan Aca, karena untuk satu minggu ini, Aca dan Yohan akan menghabiskan waktu mereka bersama, Yohan juga ingin menebus waktunya untuk Aca, dengan mengambil cuti.
“Kegiatan romantis apa sih yang cewek suka?” Aca bingung sendiri, padahal dirinya sendiri adalah seorang perempuan, “Ah, kesel gue!” Aca menenangkan dirinya, mencarik napas panjang, dan, “Ok, gue butuh bantuan google!” Aca kembali meraih ponselnya, menuliskan keyword yang beberapa saat lalu dia tertawakan.
“Haaa?” Aca seakan menemukan harta karun, “Wah!! Romantis banget.” Aca melihati satu-persatu gambar dan penjelasan yang muncul pada layar ponselnya, Aca terus membaca sampai halaman terakhir dari pencariannya, imajinasinya mulai terlepas kemana-mana, belum lagi melakukan kegiatan romantis itu secara nyata, tapi jantungnya sudah berdebar, tubuhnya sudah mulai panas dingin.
Saat sedang asik dengan ponselnya, tiba-tiba Yohan masuk ke dalam kamar, mengangetkan Aca, “Assalamu’alaikum?” Yohan membuka pintu kamar itu, Aca yang terkejut hampir menjatuhkan ponselnya, ketakutan seperti seorang pencuri.
“Wa’alaikumussalam!” Aca menjawab sambil menangkap ponselnya yang hampir jatuh.
“Kamu kenapa?” tanya Yohan heran, melihati Aca yang tercengir sambil menyembunyikan ponselnya.
“Hehehe, gapapa!” Aca mencoba ingin mengalihkan perhatian Yohan, tapi sayangnya gagal, Yohan menyipitkan matanya, bertanya sekali lagi. “Kamu abis ngapain?” Aca hanya menggeleng, tetap menyembunyikan ponselnya.
“Liat?” Yohan menadahkan tangannya, meminta ponsel Aca. “Ini resep masakan.” jawab Aca enteng, tapi Yohan tetap menadahkan tangannya, menaikkan sedikit alisnya, membuat Aca mau tak mau harus memberikan ponselnya.
“Nih,” Aca memberikan ponselnya, lalu menutup wajahnya dengan bantal yang ada di atas kasur. Selang berapa detik, suara tawa keluar dari mulut Yohan, “Hahaha!!” Yohan tertawa dengan sangat puas, “Kamu nyari ini juga?” Yohan menemukan keyword yang sama di ponsel Aca dengan apa yang dia cari di ponselnya, Aca yang malu hanya tertawa dari balik bantal.
“Hey, buka dong bantalnya, hahaha.” Yohan menarik bantal yang menutupi wajah Aca, sambil terus tertawa terbahak-bahak. “Ah!” Aca berteriak ketika bantal itu terbuka, wajahnya yang manyun sambil menahan tawa semakin membuat Yohan gemas, “Hahaha!” lagi-lagi Yohan tertawa sambil mencubit lembut pipi Aca.
“Ih udah dong, ketawanya.” Aca memukul Yohan yang puas menertawakannya.
“Lagian, tadi sok-sokan mau ngasih tau saya, ngetawain saya karena cari keyword ini di internet, terus kamu kenapa ngelakuin hal yang sama?” tanya Yohan yang tetap saja masih tertawa.
Aca tersenyum, bercerita sambil menahan malu, “Saya jomlo dari lahir, mana tau kegiatan romantis yang perempuan suka.” jawab Aca jujur.
“Kan, suka nonton drama korea, masa nggak tau? Plus, kamu itu perempuan Aca.” Yohan mengelus kepala Aca.
“Hey, namanya drama ya drama, saya nggak pernah ngerasain, jadi nggak tau.”