Ruang Memori

bibliosmia
Chapter #30

Akhir Dongeng Cinta Aca

“Waktu itu, saya pikir hidup nggak akan berjalan dengan baik, dunia saya runtuh, langit seakan jatuh tepat di atas kepala saya.” seorang perempuan cantik bernama Aisyah Hadiwijaya, atau yang akrab di panggil 'Aca' itu, sedang memegang mikrofon melanjutkan cerita panjangnya.

“Tapi hari berlalu, bulan berganti, dunia nggak peduli saya sedang sedih, bumi sama sekali nggak berduka kehilangan satu penduduknya, cuma saya yang terluka, saya yang berduka, saya yang harus berpikir keras, bagaimana melanjutkan hidup saya,” Aca menatap puluhan wanita di depannya.

“Besok, tepat satu tahun kecelakaan itu terjadi, satu tahun lalu, kami makan malam romantis berdua, menikmati malam, sampai akhirnya kecelakaan itu terjadi, dan mengubah hidup saya, juga semua korban lainnya.”

“Satu tahun berlalu, nggak ada satu kenangan tentang dia yang hilang dari ruang memori saya, semuanya semakin melekat bahkan setiap hari, cinta ini semakin bertambah, tidak ada cinta lain selain dia, bukan karena saya tidak menemukan orang lain, tapi cinta untuknya terlalu besar untuk dibagi.”

“Setiap hari, saya bisa merasakan dia berada di sini, karena sejatinya dia memang tidak benar-benar pergi, dia ada di sini, di hati saya!”

“Setiap kali saya terpejam, ingatan tentang dia selalu terputar ulang, saya tidak lagi berduka, saya tau melepasnya dengan ikhlas adalah jalan terbaiknya menuju Tuhan!”

“Kalian tau, setiap malam saya berdoa, sebelum saya tertidur saya meminta pada Tuhan agar tidak ada lagi orang yang merasakan apa yang saya rasakan, saya berharap kalian tidak akan merasakan, bagaimana mengerikannya kehilangan.”

“Saya juga berdoa, kalau saja saya tertidur tanpa bangun lagi, saya ingin dia menyambut kedatangan saya, jika tidak, saya akan tetap mencarinya, di tempat yang abadi nanti.” Aca tersenyum, melihat mata-mata orang yang yang tidak berkedip mendengar ceritanya.

“Cerita ini terlalu panjang, mungkin telinga kalian bosan mendengarkannya, tapi saya hanya ingin berbagi, berbagi tentang betapa berharganya kebersamaan, dan betapa pedihnya perpisahan, tapi tak apa, selama keduanya tetap satu arah, perpisahan hanya akan menjadi sebuah lambang tentang jarak, karena suatu hari nanti, segala sesuatu yang dipisahkan Tuhan, tapi tetap menyimpan cintanya, pasti akan disatukan lagi oleh Tuhan.”

“Kalian, orang-orang yang sedang membuka telinganya untuk cerita ini, tolong, jangan pernah menyia-nyiakan seseorang yang mencintai kamu, yang mau menunggu kamu, yang mau bersabar untuk kamu.”

“Dulu, dia pernah bilang, tidak semua orang mau mengejar kita, menunggu kita, dan bertahan untuk kita, tapi dia melakukan itu untuk saya, karena dia mencintai saya, dan kalau kalian menemukan orang yang mau menunggu kalian, megejar kalian, bertahan untuk kalian, tolong berhenti, dan genggam dia.”

“Cinta itu di sini,” Aca meletakkan tangannya di dada, “Di hati, sejauh apa kita melangkah, selama apa kita terpisah, cinta akan tetap pulang, jadi, kamu yang sedang dicintai oleh seseorang, jadi lah rumah yang tepat untuknya pulang.” Aca tersenyum, menurunkan mikrofonnya.

Suasana hening, tidak ada riuh tepuk tangan, karena itu bukan cerita tentang kemenangan, itu adalah cerita tentang seorang perempuan yang kehilangan.

Tiba-tiba, seorang perempuan berdiri sambil mengankat tangan kananya, seperti seolah sedang membuat janji.

“Kak Aca, saya janji akan menggenggam tangannya, dia berkali-kali bertahan untuk saya, saya janji saya akan berhenti dan menggenggam tangannya.” teriak seorang audience, membuat Aca tersenyum ke arahnya, lalu diikuti oleh audience lainnya, mereka berdiri dan mengangkat tangannya.

Lihat selengkapnya