Blurb
Tidak ada letak yang paling nyaman dan aman bagi segala luka yang telah diderita oleh Tantra. Segala cerita mengenai lukanya, kerap menjadi bumerang setiap kali dia menceritakannya kepada orang lain, sekali pun orang-orang terdekatnya. Hingga pada akhirnya, Tantra menciptakan dunia sendiri yang diberi nama Ruang Raung.
Di sanalah letak nyaman segala luka yang dideritanya. Di sanalah, luka itu mendapat tempat dan keadilan yang benar-benar adil menurutnya. Tak akan jadi masalah, jika orang lain mendapatinya agak berbeda di kemudian harinya. Baginya, lebih baik menjadi versi terbaik menurut dirinya sendiri. Ketimbang, menjalani tuntutan yang tak sebetulnya diinginkannya. Apa guna peduli, jika justru menyakiti hati.
Sempurna? Tak ada kata apalagi pengharapan yang sempurna di dunia ini menurutnya. Oleh karenanya, dia tak lagi ingin menjadi sempurna yang keterlaluan. Sempurna lama-lama layaknya diksi penghibur dan penenang hati saat sedang berantakan ditubruk oleh ketidaksempurnaan. Hilang lebur pada sempurna yang lama dirawat dan dijaganya dengan sempurna pada akhirnya.
Kepercayaan? Hilang juga tak berbekas apalagi punya ruang di sanubari Tantra, setelah kepercayaannya dihancur leburkan oleh orang-orang yang sempat dipercayainya. Sehingga pada akhirnya dia mempercayakan segala-galanya kepada dirinya. Mungkin, terkesan terlalu egois, terlalu kuat, independen yang keterlaluan. Tantra tak ambil pusing dengan segala kemungkinan-kemungkinan itu. Lagi pula, kemungkinan belumlah tentu juga jelma mungkin.