Kesurupan
Oleh : Terajaana
“Devina!” Veta mengguncang badan Devina yang terlelap. Devina perlahan membalik badannya dan bertanya ada apa dengan mengangkat kedua alisnya.
“Si June... kayanya kesurupan,” bisik Veta dengan tatapan waspada ke arah June yang sedang duduk berselonjor di pojok ruangan, kepalanya tertekuk seakan bobot kepalanya bertambah 1 kuintal. Perlahan Devina berusaha duduk, sedikit kesulitan karena ternyata tanpa sadar Veta menggenggam lengannya erat.
“Gue cuci muka sama sikat gigi dulu, ya.”
“Sempet-sempetnya, lu?” Veta menatap kesal Devina. Devina tidak perduli dan tetap beranjak menuju kamar mandi. Dengan gesit, Veta turut berdiri dan mengekor Devina ke kamar mandi.
“Aaaarrrrrggghhh...” suara teriakan June terdengar aneh, menakutkan dan memberi kesan pilu seketika membekukan Devina dan Veta. Keduanya saling pandang lalu refleks bergenggaman. Dengan isyarat, Veta menyuruh Devina melihat kondisi June yang langsung di tolak Devina dengan menggelengkan kepalanya cepat.
“Lo aja, kalo berani.” kata Devina yang nyaris tak bersuara namun tetap dapat dimengerti Veta melalui gerakan bibir Devina yang sengaja diperlambat. “Katanya, Lo pemberani?” bisik Devina lagi, yang langsung di jawab tatapan menusuk dari Veta.
Perlahan tangannya terangkat dan menunjuk tepat ke arah Veta, “Ini gara-gara kamu!” suara June yang entah bagaimana caranya bisa berubah jadi seperti bukan June seketika membuat Veta siaga. Devina yang sedari tadi memang sudah ciut nyalinya, perlahan mendekati Veta. Di lihatnya waktu dari hp nya menunjukan hampir pukul 1 dini hari.
“Gimana nih, Ve?”
“Hiiii... hihihihihi... Hahahahahaha...” pertanyaan Devina di jawab dengan suara tawa yang menakutkan dari June.
June terlihat mulai bergerak seolah ingin berdiri. Gerakan June reflek membuat Veta dan Devina teriak ketakutan. Dengan gesit keduanya serentak berdiri dan berlari menuju pintu keluar. Devina dan Veta tertahan di pintu karena kebodohan mereka. Pintu yang tidak begitu lebar itu tidak cukup untuk mereka keluar bersamaan. Awalnya mereka merasa seperti di dalam mimpi seram. Sekuat apapun berlari, seakan badan mereka tidak bergerak sama sekali, sementara bayangan June terasa semakin dekat untuk meraih mereka. Akhirnya Devina menyadari kondisinya yang berebut dengan Veta untuk keluar. Akhirnya, dia mengalah membiarkan Veta keluar lebih dulu lari tunggang langgang kemudian dia menyusul, sama tunggang langgang.
Lingkungan kontrakan sudah sangat sepi, sepertinya semua penghuni rumah petakan itu sudah sangat lelap. Teriakan Devina dan Veta sama sekali tidak mengganggu ataupun membangunkan mereka. Devina berlalri ke ujung kontrakan menyusul Veta yang beberapa langkah sudah jauh di depannya. Keduanya ngos-ngosan mengatur napas dan debaran yang seakan bisa kapan saja meledakkan jantung mereka.
“Kita gak mungkin ninggalin June, kalo June sampai di bawa sama mahluk lain itu bisa bahaya.” suara Veta terpatah-patah karena napasnya yang ngos-ngosan.
“Kalau gak boleh di tinggalin, ngapain Lo lari?” Devina terlihat lelah dan stres, sama-sama mengatur napasnya yang juga ngos-ngosan.
“Ya, gue takut lah Dev!” kembali Veta mengatur napas yang terasa begitu sesak setelah lari sprint.