Mata Batin Habil
Oleh : Terajaana
Gue mau cerita tentang seorang pemuda yang unik. Konon katanya, pemuda ini bisa melihat mahluk yang tak kasat mata. Namanya Habil.
Menurut gue, Habil itu ganteng. Dia selalu tersenyum. Walaupun lebih mirip ke nyengir kuda, sih. Perawakannya tinggi dengan kulitnya putih bersih. Rambutnya ikal berwarna hitam kecoklatan. Entah itu asli atau mungkin dia sering panas-panasan.
Dia adalah senior gue. Dari sekian banyak senior, dia yang paling baik dan ramah sekaligus terlihat paling blo'on.
Akhir-akhir ini, hubungan gue ama Habil semakin akrab. Mungkin karena cuma gue yang mau ngobrol berlama-lama dengan dia. Dan kayaknya, cuma gue yang selalu balas tersenyum setiap kali papasan dengan dia yang selalu nyengir bagai kuda.
Kadang gue mikir, apa mungkin saraf wajahnya bermasalah. Karena ekspresinya selalu tersenyum. Apapun kondisinya. Mau sedang di maki sekalipun, dia selalu nyengir selalu tersenyum. Karena itu, dia semakin terlihat blo'on dan jadi bulan-bulanan candaan rekan senior yang lain.
"Juju..." sapa Habil dengan senyum lebar.
"Hoy, Habil..." jawab gue. Bikin Habil tersipu.
"Juju, tadi kamu dicariin sama Dita."
"Oh, ya? Sekarang kemana si Dita nya?"
"Kayaknya ke gudang." Habil tersenyum sambil menurunkan box-box sepatu dari troli. "Juju, kamu akrab ya, sama Dita?"
Gue tersenyum jahil mendengar pertanyaan Habil yang gak biasanya. "Kenapa? Lo suka ama Dita? Mau nitip salam?"
Habil tersipu dibalik cengirannya, lalu menggeleng pelan seperti bocah yang pura-pura gak mau di kasih duit. "Enggak, kalian bakal jadi sahabat sampe tua nanti. Kalian cocok."
"Ama lo juga gue cocok," goda gue. Semakin Habil kaya bocah, rasanya semakin seneng gue godain dia.
Habil menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, sampai rambut ikalnya goyang-goyang lalu ngasih gue cengiran yang langsung bikin gue pengen pergi jauh-jauh dari dia.
"Bye, Habil. Gue ke gudang dulu, ya." gara-gara si Dita nih, gue jadi suka pake kata BYE. Norak.
Sebelum ke gudang, gue melipir dulu ke toilet. Biasanya, jam-jam segini tuh Dita emang suka ngajak gue ke toilet.
Gue liat asap mengepul dari salah satu bilik toilet. Gue masuk ke bilik sebelahnya.
"Aku punya teman, teman sepermainan." Gue mulai bersenandung.