Ruang Sendiri

Terajaana
Chapter #8

Bab 8

Melodi tanpa syair

Terajaana

 

Damar menyadari perubahan sikap Melati. Walaupun secara halus, tapi Damar mengerti bahwa Melati sedang menghindarinya. Sejelas kesadarannya, sejelas itulah rasa sakit yang Damar rasa menggores hati dan perasaannya.

Bagaimana tidak, sikap ramah dan perhatian Melati kepada Damar telah membuat Damar melambung jauh sampai Damar berhasil menggantungkan harapan setinggi langit. Damar pikir, Melati mencintainya.

“Aku gak tau, kenapa aku bisa sejatuh ini kepadanya. Aku jatuh cinta kepadanya, Damar.” Ucap Melati dengan mata berkaca-kaca. Jelas sekali kilauan cinta itu di mata Melati, membuat Damar iba sekaligus remuk. Harapan yang Damar gantungkan setinggi langit seketika terjun bebas dengan kecepatan tinggi, jatuh, hancur tak terkira.

“Jatuh cinta tidak pernah bisa memilih, baik kepada siapa atau kapan waktunya. Saat kamu jatuh cinta, kamu hanya tau, kamu jatuh cinta.” Tutur Damar berusaha tegar.

“Aku pasti sangat melukai perasaanmu,” Melati tersenyum getir.

“Sangat!” ucap Damar lalu terkekeh.

“Maaf...”

Damar menghela napas panjang, berusaha mengusir sesak. “Bukan salah kamu kalau kamu jatuh cinta, kepada siapapun itu. Tidak harus kepadaku.” Kata Damar sambil berusaha tersenyum membuat Melati ikut tersenyum.

“Kita masih bisa berteman, kan?” tanya Melati.

“Tentu,” Damar mengangguk, masih sambil berusaha tersenyum. Dalam hati, Damar memaki dirinya sendiri. Mati kau, Damar! Makan tuh cinta!

“Tapi, Damar… jika aku memilih menikah, mungkin aku akan memilih menikah dengan kamu.” Ucap Melati tiba-tiba, membuat Damar tersentak untuk sesaat.

“Heleh! Pret!” canda Damar, berusaha menutupi letupan bahagia dalam hatinya.

“Preeeetttt!” Melati menirukan candaan yang biasa Damar lontarkan.

“Ck ah! Aku payah di goda kamu. Entah aku yang terlalu cinta kamu atau kamu yang terlalu pintar menggoda.” Ucap Damar.

“Mana ada aku pintar menggoda,” Melati terkekeh. “Kamu aja, tuh, emang gampang ke goda.” Lanjut Melati membuat Damar tertawa.

Damar menatap Melati sesaat lalu menggeleng pelan.

“Kenapa?” tanya Melati.

Lihat selengkapnya