Ronan
Setelah merebus telur untuk sarapan, dia membangunkan anaknya di kamar. Dia mengetuk pintu dengan lembut sambil memanggil nama anaknya.
Ketika tidak ada jawaban, dia memutar gagang pintu dengan cepat, melihat anaknya sedang meringkuk di atas ranjang. Dia mendekatinya.
“Ramon,” katanya.
Ramon mendongak dengan wajah sembap, kelihatan habis menangis. “Ayah! Kubilang jangan pernah masuk ke kamarku!” Dia mendorong Ayahnya menjauh sambil melompat dari ranjang. “Pergi!”
“Waktunya sarapan,” katanya.
“Aku gak mau!” teriak Ramon.
“Dan, waktunya sekolah.”
Ramon duduk di pinggir ranjang, bersiap menerjang Ayahnya jika berani mendekatinya lagi. “Aku sakit.”
Secara refleks, Ronan mengulurkan tangan untuk menyentuh dahi Ramon. Anak itu menepisnya cepat. “Aku tidak mau sekolah, sehari saja.”
Ronan memandang anaknya, sedikit kesal karena setiap pagi mereka akan melakukan hal ini. Berbeda pendapat. Saling meminta. Dan, berteriak jika diperlukan.
“Besok sudah hari libur,” kata Ronan. “Kamu bisa tidak sekolah besok.”