Ruang Sunyi

Sayyidatul Imamah
Chapter #13

13

Maesa

Aku datang untuk reherseal ke panggung yang disediakan di bar besar itu. Gina menemaniku seperti biasanya, dia menyediakan segalanya bagiku. Aku hanya perlu melangkah ke atas panggung dan bernyanyi.

Tidak ada kursi penonton ketika aku berada di atas panggung. Gina bilang penonton akan berdiri seperti konser murahan, aku suka itu. Gina juga bilang kalau penonton yang datang akan dibatasi 200 orang, aku juga suka itu. 

Seseorang memberitahuku untuk mengatakan apakah posisi lampu membuatku tidak nyaman, aku bilang tidak. Lalu, musik dimainkan. Aku memandang jauh ke depan, pada masa ketika aku duduk di pangkuan ibuku sambil dia membelai rambutku. Dia bercerita tentang seorang gadis cantik yang tak bahagia dengan suaminya, lalu dia mencari kebahagiaan lain dari lelaki lain. Suami Si Gadis Cantik tidak terima, dan terjadilah tragedi, rasa malu, serta rasa bersalah. Sekarang, aku sadar kalau itu kisah Aprhodite dan Ares. Dan, juga kisah ibu dan ayahku. Aku mulai menyanyikannya dengan mata terpejam.

Pada api yang membara

aku bertanya

apa yang salah dengan cinta

pada kekasih

Api membakarku

sebagai jawabannya

Bayangan ketika ibu membakar kanvas-kanvasnya di belakang rumah terlihat, wajah marahnya yang terpantul bayangan api semakin membuatku ngeri. 

Aku terus menyanyikan semua lagu yang liriknya kutulis sendiri, yang menyembuhkanku dari kenangan tentang ibu, tentang masa kecil yang mengiris setiap bagian di dalam tubuhku. 

Ketika musik berubah ke lagu Pandora, aku meneguk ludah. Orang-orang menyukai lagu ini, jadi aku harus selalu membawakannya padahal aku tidak terlalu suka. Karena ibu yang menyenandungkannya sendiri setiap dia mau menidurkanku. Ini lagu buatan ibu yang kuakui sebagai milikku.

Lihat selengkapnya