Didalam ruangan itu, dua orang sedang duduk bersandingan, satu bertubuh kecil dan lainnya lebih besar. Orang yang bertubuh lebih besar memberikan penjelasan secara ringkas kepada yang lebih keci dan memberikan beberapa panduan untuk dilakukan.
“Ingat untuk tidak memaksakan diri terlalu jauh,” Zeffi untuk kesekian kalinya mengingatkan Lasse, “Jika tubuhmu mulai merasakan rasa sakit cepatlah bangun. Saat ini tubuhmu dalam keadaan yang cukup lemah untuk mengendalikan energy didalam dirimu. Aku tidak bisa membantumu karena akupun bukan penyihir” lanjutnya tanpa bisa menutupi rasa khawatir dalam suaranya.
Lasse terus mendengarkan dan berjanji akan mematuhi apa yang diperintahkan oleh Zeffi dan menghiburnya sedikit agar tidak terlalu khawatir. Dia menarik nafas dalam dan memejamkan matanya mencoba untuk konsentrasi penuh. Degup jantung coba ia stabilkan dan pernafasannya teratur. Indranya mulai ia matikan, pendengaran, perasa, peciuman. Sedikit demi sedikit, perlahan-lahan, satu-persatu indranya mulai mematikan diri. Mencoba menenangkan pikiran sembari terus mengingat apa yang dikatakan Zeffi kepadanya beberapa saat yang lalu.
“Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenali tubuhmu sendiri karena kamu belum menemukan energimu. Berkenalanlah dengan Energi didalam tubuh dan cobalah untuk merangkulnya. Kamu harus menyelam ke dalam dirimu, ke dalam hatimu sedalam-dalamnya.”
Lasse menetralkan degup jantungnya yang kian meningkat saat teringat hal-hal yang begitu absurd yang membuatnya sedikit khawatir tidak bisa menjalaninya dengan benar dan akan mengancam jiwanya.
“Dalam setiap orang proses untuk mendapatkannya berbeda-beda tergantung kepribadianmu. Tapi ada satu hal yang sama, jangan sampai kamu kehilangan kendali atas dirimu. Berhati-hatilah saat sudah menemukannya, jangan sampai kamu masuk ke jurang terdalam dalam tubuhmu.”
Tak bisa dipungkiri, proses ini begitu sulit ditangani. Dadanya mulai terasa sakit dengan bertambahnya kecepatan denyut jantungnya. Aliran darahnya seakan sedang berlomba-lomba keluar dari tubuhnya, meningkat dengan cepat. Tenggorakannya mulai terasa pahit dan tercium bau besi berkarat, mencoba naik menuju mulutnya.
Oke, tenang tenang. Santai.. tenangkan dirimu dan coba berkonsentrasi dengan baik.. Ini tidak terlalu sulit kok, hanya perlu untuk rileks.. Rileks…
Semakin mencoba untuk tenang, semakin khawatir dan sakit tubuhnya. Didalam perutnya terasa ada ribuan cacing yang menggeliat, memporak-porandakan organ dalamnya secara brutal. Kakinya mati rasa dan kepalanya seperti ditusuk ribuan jarum, seperti mau pecah. Lasse tidak tahan lagi dengan siksaan seperti itu dan mencoba untuk keluar dari proses pengenalan energi ini. Dia mencoba untuk tersadar dan membuka matanya, tapi mata sangat berat dan enggan untuk terbuka. Keringat sudah membanjiri punggung dan dahinya.
Dirinya mulai melemah, namun tiba-tiba ada kehangatan memasuki tubuhnya dan rasa sakit yang dideritanya berangsur-angsur menghilang. Dia membuka matanya dengan lemah dan langsung melihat tatapan khawatir gadis didepannya. Tubuhnya limbung dan jatuh ke depan, ke pangkuan gadis itu. Matanya masih menatap linglung, ada sedikit kabut di matanya. Tubuhnya lemah dan terasa sangat berat meskipun rasa sakit yang luar biasa menyiksa itu telah hilang namun dirinya masih di tengah kabut dan tidak bisa menggerakkan tubuhnya sendiri.