Bab 13. Telepati kepada Pangeran
Bulan semakin meninggi dan bercahaya dengan terang ditengah kabut tebal di desa. Kesunyian yang mematikan mengembara di tengah malam tanpa ada yang dapat mencegah dan menghalanginya. Bahkan jangkrik pun seolah takut bersuara walau hanya sedikit.
Di tengah kabut, Lasse serta Witty saling bergandengan erat dan terus berjalan melewati jalan yang tidak bisa terlihat di depan mereka. Kewaspadaan meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Mereka melangkah perlahan namun pasti menuju ke arah yang tidak diketahui, bisa itu jalan menuju bahaya ataupun menuju cahaya. Tidak ada diantara mereka yang tahu.
Desa itu kecil namun entah bagaimana terasa begitu luas hingga mereka berjalan untuk waktu yang lama dan tidak menemui ujung jalan. Jelas ini adalah sihir ilusi yang di buat oleh orang beberapa waktu lalu.
Saat sedang serius memerhatikan sekitarnya, Lasse dikejutkan dengan suara di dalam kepalanya.
“Halo, halo, cek cek. Apa kamu mendengar suaraku?”
Karen amendengarkan suara yang beberapa waktu lalu dikenalnya di dalam kepalanya secara tiba-tiba, Lasse menghentikkan langkah kakinya dan berdiam diri dengan kaku dan sedikit linglung. Witty yang memegang tangannya pun ikut terhenti dan dengan heran menoleh kebelakang.
“Ada apa, Lasse? Apa kamu merasa tidak nyaman?”
Tersadar dari linglungnya, Lasse segera tersenyum dan berkata, “Aku tidak apa-apa, kak”
Meskipun bingung dengan perilaku Lasse, mereka melanjutkan perjalanan dalam diam.
Dalam pikiran Lasse dia menjawab suara yang di kepalanya dengan sedikit kesal.
“Apa yang kamu lakukan dengan kepalaku?!”
“Tidak melakukan apapun? Bukankah kamu ingin masalah ini cepat selasai, aku menawarkan bantuan kepadamu secara percuma. Seharusnya kamu bersyukur dengan itu!”
Lasse sedikit mendengus dan menjawab di pikirannya, “Kalau ingin membantu, bantulah! Tidak perlu berbicara omong kosong!”
“Baiklah, baiklah. Tapi ini cukup serius. Kamu juga pasti tahu bahwa seseorang membuat kekacauan disini. Orang itu sekarang sedang menyiapkan perangkap untuk kalian.”
“Perangkap? Perangkap seperti apa?”
“Tenang saja, Lasse.”
“Kenapa kamu menyuruhku tenang?” dari sini perasaan Lasse berubah buruk.
“Kamu sekarang sedang berjalan menuju perangkap itu!”