Malam ini adalah malam yang cerah. Bulan menggantung di langit malam mengedarkan cahayanya yang indah, ditemani dengan ribuan bintang, bersandingan dengan harmonis. Lentera-lentera jalanan masih menya, jalanan masih ramai dengan lautan manusia, wewangian yang menggoda dan busuk saling bercampir aduk, kehangatan masih ada yang bersisa di tengah malam yang dingin.
Lasse memandangi keagungan bulan dengan menyandarkan kepalanya di lengannya yang mungil, memiringkan kepalanya nampak seperti dia sedang merenungkan sesuatu. Di balkon tempat ia berada bisa memandangi bulan dengan sesuka hati, terkadang juga dia melihat ke halaman luas di bawahnya. Tampilan wajahnya sangat tenang namun dalam pikirannya seperti benang yang kusut.
Sedangkan seorang anak lagi sedang berbaring malas di tempat tidur yang mewah di dalam ruangan itu dengan konsol di tangannya dan hologram di depannya. Tangannya cepat dan nampak mahir menekan tombol-tombol konsol itu. Namun wajahnya masih menampilkan ekspresi malas.
"Apa kamu sudah tau bahwa Witty adalah Ratu?" Lasse bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari bulan.
Alantryas yang sedang memainkan permainan di hologramnya nampak acuh tak acuh dan sedikit mendengus ketika menjawab pertanyaan Lasse. "Ya. Tidak perlu murung begitu, bukankah bagus memiliki Guru hebat seperti dia, seorang Ratu pula. Seharusnya kamu bersyukur."
Lasse menghela nafasnya yang terlihat berat. Memang, memiliki Guru hebat ditambah dia adalah seorang Ratu, sangatlah bagus dan membawa banyak keuntungan. Namun yang dia pikirkan bukanlah sebagaimana hebatnya atau setinggi statusnya dia, melainkan dengan siapa Ratu itu berhubungan. Dia berhubungan dengan Kerajaan Archean, Kerajaan ayah Lasse!
Astaga... dia tidak tau lagi harus berkata apa.
Seperti membaca pikiran Lasse, Alantryas berkata, "Mengapa kamu memikirkan sejauh itu? Bukankah Kerajaanmu sudah runtuh dan digantikan dengan Kerajaan baru? Lagipula, meskipun tubuhmu adalah Pangeran Archean, tapi tidak ada yang tahu itu, kan. Kamu bisa mendapatkan Kerajaanmu kembali, tapi jika tidak, ya sudah."
Apa yang dikatakan Alantryas benar. Tidak ada yang tahu bahwa dia masih hidup dan keberadaanya juga tidak ada yang melacaknya. Dia ingin mempelajari dunia ingin dengan damai, berpetulangan mengelilingi dunia dengan semangat tinggi, dan menjalani kehidupannya dengan baik dan damai, kalau-kalau dia tidak bisa kembali ke dunianya.
Apa yang dikatakan Alantryas benar, tapi dengan bertambahnya alasan dia terhubung dengan masa lalu tubuh ini, itu akan semakin menambah kemungkinan untuk masalah lain. Dan jika satu masalah muncul, maka masalah lain akan mengantri di belakangnya, meminta untuk diselesaikan. Dia ingin damai di hidupnya dan tidak banyak masalah!
Lasse kembali menghela nafas lagi.
Dia berbalik menghampiri Alantryas yang masih sibuk dengan permainannya di tempat tidur. Duduk di samping tempat tidur beasr dan lebar, dia berkata, "Berikan aku satu."
Mungkin dengan dia bermain permainan, dia akan melupakan masalah ini meskipun hanya sementara. Sudahlah, masalah yang akan terjadi biarlah dipikirkan nanti jika muncul. Sekarang dia hanya hahrus menjalaninya saja.
Alantryas mengalihkan pandangannya dan menyeringai. Dia melambaikan tangannya, lalu muncullah satu lagi konsol dan memberikannya kepada Lasse yang bermuka muram. "Untuk sekarang, jalani saja. Tidak perlu terlalu dipikirkan."
Lasse menerima konsol itu dan hologram muncul di depan matanya.
"Ya."
***
"Sialan! Biarkan aku membunuh mereka!"