Setelah itu muncul cahaya putih seperti awal Lasse masuk. Dirinya menutup mata dan saat membuka matanya, dia sedang berada di batu besar yang sebelumnya duduk bersila dengan keringat yang bercucuran. Nafasnya tidak beraturan. Entah mengapa, dia merasa sangatlah lelah dan sangat ingin tidur. Matanya sungguh berat untuk tetap terbuka.
Saat Lasse terbangun, membuka matanya, langit sudah berubah menjadi jingga. Bulan sudah muncul, dan angin pun sudah mulai menjadi lebih dingin lagi.
Lasse sangat kelelahan dan tidak bisa menahan tubuhnya lagi. Ketika Lasse hampir terjatuh, bahunya di cengkram tidak terlalu kuat dan itu cukup untuk menopang dirinya agar tidak terjatuh. Dilihatnya Gio di belakangnya dengan bercucuran keringat, sama sepertinya. Senyuman menghiasi wajahnya.
"Kamu sudah berusaha dengan sangat baik." Ucap Gio membawa dan menyandarkan Lasse di pohon yang terdekat. Lasse mengucapkan terima kasihnya dengan senyuman lemah yang menghiasi wajahnya yang pucat.
"Maafkan aku karena tidak bisa menyembuhkanmu."
Lasse menggeleng lemah dan matanya terpejam untuk mengistirahatkan tubuh sekaligus mentalnya yang terkuras habis. Tak anyal dirinya langsung jatuh tertidur dengan pulas diteduhi oleh pohon, melindunginya dari sinar matahari yang mulai akan tenggelam meskipun masih bersinar di atas kepala. Dia tidak memerhatikan kedua gadis yang menatapnya dengan khawatir.
Gio pun ikut bersandar pada pohon itu, menselonjorkan kakinya yang cukup kaku karena bersila terlalu lama, bersama dengan anak-anak lain dan juga Lexus. Mereka menikmati selimir angin sore disana. Dirinya pun lelah karena terus mengalirkan Energi kepada Lasse agar dirinya tidak tumbang saat proses itu. Dia sudah diberitahu oleh Witty kalau tubuh Lasse berbeda dengan anak lain dan dia harus membantunya dalam menjalani proses itu. Karena bagi Lasse, untuk tubuhnya, dia mengalami kesulitan untuk menjalani pelatihan dengan lancar.
Namun ada yang mengganjal dihatinya dan itu membuatnya sedikit tidak nyaman.
Lasse berbeda dari sebelumnya, Gio sadar akan hal itu.
Memang bukan hal yang aneh jika seseorang sudah menemukan Inti Roh dalam tubuhnya dan merubah auranya seketika menjadi berbeda. Namun berbeda dengan Lasse. Dia berubah, namun Gio tidak tau kenapa dan apa yang salah dengan itu. Dirinya hanya sedikit tidak enak di hati. Mungkin itu hanya perasaannya saja dan dia juga tidak terlalu memikirkannya. Dirinya memulihkan tenaga dan energi rohnya dengan menghisap energi alam disekitarnya. Tidak terlalu banyak, hanya cukup untuk membuatnya tidak lemas. Dia tidak ingin alam marah padanya karena mengambil terlalu banyak. Biarkan sisanya pulih dengan sendirinya.
"Gio, apa Lasse akan baik-baik saja?" Tanya Ellys sangat khwatir setelah berdiam diri sekian lama. Gio membuka matanya dan menatap Ellys dengan hangat, mengatakan kalau Lasse akan lebih baik setelah dia beristirahat dengan cukup. Ellyss cukup tenang dengan perkataan Gio.
Sebenarnya untuk Ellys, dia tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memenangkan Inti Roh di dalam dirinya. Dia hanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam untuk terbangun dari meditasi. Namun pandangannya saat membuka mata adalah Lasse yang ditopang di punggung oleh Gio. Mereka sama-sama berkeringat banyak dan pucat. Lasse mengerutkan dahi dengan dalam seolah dia merasa kesakitan. Gio sendiri tidak lebih baik dirinya. Meskipun dia terlihat tenang, namun mulutnya mengelurkan setitik darah segar.
Ellys saat itu terkejut dan tidak memikirkan betapa dia bahagianya telah mendapatkan inti roh. Dia sangat khawatir dan cemas. Dia ditenangkan oleh Lily yang sudah bangun lebih dulu darinya.