Kelompok Lasse berencana tinggal hanya dua hari, setelah itu mereka akan melanjutkan kembali perjalanan menuju Ibukota Xerxes. Jarak kota dengan ibukota hanya ditempuh dalam waktu satu hingga dua hari. Mereka juga tidak terburu-buru dalam perjalanan mereka.
Malam itu, setelah mereka mendapatkan kamar dan memasuki kamar masing-masing, Lasse yang berencana untuk beristirahat lebih awal namun mendapati dirinya belum terlalu lelah. Dia keluar dari kamarnya dan turun ke bawah untuk berjalan-jalan. Lagipula masih belum terlalu malam.
Jalanan masih ramai walaupun tidak seramai beberapa waktu yang lalu namun masih banyak pedagang yang memamerkan dagangan mereka di pinggir jalan. Ada beberapa orang yang masih berjalan-jalan di jalanan malam, dan kebanyakan dari pejalan kaki adalah orang dewasa. Anak-anak yang bermain di jalanan sudah tidak terlihat lagi.
Meskipun Lasse masih berusia empat belas tahun, namun tubuhnya yang tinggi dan tegak. Selain itu kepercayaan dirinya menguat dan menyebar di sekitar tubuhnya. Jadi malam itu, Lasse yang berjalan sendiri dijalanan tidak terlalu menarik perhatian.
Dia berjalan-jalan dengan santai di jalanan yang cukup lenggang itu. Beberapa saat kemudian, dia mendengar tawa kecil dari sebuah gang sempit yang cukup gelap namun masih ada penerangan. Karena penasaran, dia mendekati gang itu dengan perlahan dan menemukan sesuatu yang cukup menarik.
Didalam gang sempit itu, terdapat seorang pemuda yang sedang berjongkok di hadapan sebuah kotak pipih yang cukup besar. Dia memakai pakaian yang cukup bersinar di gang itu menandakan pakaiannya yang dihiasi dengan ornamen permata yang mahal. Wajah pemuda itu begitu halus saat cahaya bulan meneranginya, dengan tawa kecilnya yang lembut, dia seperti anak yang murni.
Kotak dihadapannya terdapat banyak makanan berupa daging, ikan, serta tulang yang menumpuk. Dan di sekitarnya terdapat beberapa kucing liar yang kotor berkerumun untuk mendapatkan makanan yang di sajikan di atas kotak itu.
Sesekali pemuda itu akan mengelus dan menggaruk kucing-kucing itu dengan lembut. Dia akan bergumam kecil dan kucing-kucing itu akan menanggapinya seolah mereka sedang berbincang.
Lasse memerhatikan sebentar sebelum berbalik dengan mata sedikit menyipit dan bibir tertarik ke atas membentuk senyuman.
Leonardo Veralgy, ya. Ucapnya dalam hati
Dalam waktu ini, Lasse hendak kembali ke penginapan dengan membawa beberapa makanan ringan di tangan. Di dekat penginapan ada orang yang berdiri di dekat pintu penginapan. Dia memakai jubah dan baju putih bersih. Rambutnya yang berwarna hitam panjang menjuntai setengah sampai hampir menyentuh kakinya, sedangkan setengahnya lagi diikat tinggi. Wajahnya halus dengan senyuman sopan di wajahnya yang tenang, membuatnya seperti orang suci yang sangat bijaksana. Dia seperti orang abadi yang terpisah dari dunia.
Menyadari tatapan Lasse, orang itu menolehkan kepala ke arahnya dan memberikan senyuman. Lasse membalasnya untuk kesopanan. Dia menghampiri orang itu. Sebenarnya tidak tepat, dia hanya akan kembali ke penginapan bukan menghampiri orang itu.
Setelah cukup dekat denga 'orang suci' itu, Lasse menyadari jika tingginya tidak lebih dari tingg badannya. Dia hanya menyentuh telinga Lasse. Dan saat dekat dengan orang itu, entah bagaimana, namun dia merasakan ketenangan yang membuatnya tertarik. Niat awalnya yang akan langsung masuk ke penginapan, berubah haluan menjadi benar-benar menyapa orang itu.
"Apa kamu sedang mencari penginapan untuk tinggal?"
Orang itu dengan ramah menjawab pertanyaan Lasse, "Ya, ada sedikit halangan saat menuju kesini dan saat sudah sampai ternyata semua penginapan sudah penuh."
Nada bicara yang lembut dan sopan membuat Lasse merasa nyaman berbicara dengannya. Karena itu, dia mengundangnya untuk masuk dan mengatakan kalau dia bisa berbagi kamar dengan orang itu.
Tentu saja orang itu tidak akan menolak tawaran yang di tawarkan oleh Lasse.