Shaaa tidak bisa berdiam diri melihat situasi yang membuatnya tersudut, dibalut resah dan gelisah tak menentu, pikirannya benar benar buntu tidak dapat berfungsing dengan baik, selalu gagal berpikir jernih, enggak ada ide yang bagus masuk diotaknya.
Kekesalannya apa Alde makin membuatnya kesulitan menahan emosi, duduk penuh kegelisahan sudah lewat 30 menit Alde duduk bersandar dengan posisi yang sama memejamkan mata tanpa merubah posisi, entah sedang berpikir atau terlelap tidur.
"Alde..." Shasa menarik narik lengan Alde, memaksanya untuk membuka mata.
"Alde kamu tidur ya??"
"Kenapa sayang??"
$Kamu pura pura berpikir apa tidur?"
"Tidur."
"Alde..." Shasa memukul lengan Alde keras, mau tak mau Alde membuka matanya, menggeser posisi duduknya, menahan kedua tangan Shasa yang tak mau berhenti memukulinya.
"Udah dong sayang sakit nih," dilepasnya tangan Shasa perlahan.
"Bukannya cari solusi, malah curi curi kesempatan buat tidur, enak banget jadi kamu, sementara aku berusaha mencari solusi yang berakhir buntut, tega kamu enggak punya hati," celoteh Shasa panjang lebar merasa kesal dengan sikap Alde yang santai.
"Hati dan cinta aku sepenuhnya buat kamu sayang," rayu Alde mecolek dagu Shasa.
"Aku mau pulang?"
"Ya udah sono gih pulang?"
"Aku mau kamu anterin aku pulang."
"Pulang aja sendiri naik taksi atau ojek gih," Alde terus memancing emosi Shasa.
"Kenapa sih kamu nyebelin banget, bikin aku badmood," Shasa memukul keras lengan Alde.
"Aku juga badmood, males nganterin kamu pulang."
"Aldean..."
"Iya sayang aku mandi dulu," gemas Alde mencubit kedua pipi Shasa.
"Cepetan sana mandi."
"Tunggu disini jangan kemana mana, kalau kelamaan kamu boleh pulang duluan."
"Alde..."
Alde tertawa puas melihat Shasa kesal dengannya.
Shasa sudah lelah menunggu Alde yang tak jua keluar kamar, perutnya mulai keroncongan, tercium bau asam dari tubuhnya yang belum mandi, keringat terasa lengket ditubuh.
Satu jam lebih Alde baru keluar kamar, dengan wajah berseri, rambut setengah kering, jeans biru,kaos oblong serta topi yang tak pernah ketinggalan, wangi parfum menjadinya semakin tampan.
Mah pah Alde antar Shasa pulang, teriak Alde didepan kamar orang tuanya.
Alde mengantar Shasa pulang dengan menggunakan motor kesayangannya, perjalanan menuju rumah Shasa cukup jauh, kurang lebih satu jam jarak waktu yang harus ditempuh, itupun menggunakan kecepatan Alde yang cukup tinggi.
Tak ada perbincangan diantara keduanya selama perjalanan, Alde lebih fokus mengendarai motor dan Shasa fokus dengan pikirannya yang tak bisa lepas dari masalah sore tadi.
Tiba tiba awan hitam menyelimuti diiringi gerimis kecil,Alde tak membawa jas hujan, jarak rumah Shasa sudah dekat, hanya tinggal beberapah menit saja sampai.