Rumah Amora

Rosi Ochiemuh
Chapter #17

Rumah Baru

13 Oktober 2017.

Kami pergi berangkat melihat rumah pembelian ayah. Kabarnya rumah itu sudah direnovasi ulang. Dicat baru seluruh rumah, atas permintaan Ibu dan aku. Tentu, kamarku harus dicat warna hijau putih. Kamar Ayah dan Ibu warna putih gading dan pakai wallpaper gambar dedaunan biar tambah segar dipandang mata.

Mobil yang kami tumpangi memasuki kediaman rumah baru. Aku merasa tidak asing pada suasana di sekitar menuju rumah itu. Rumah kami ternyata memasuki permukiman penduduk desa yang tidak terlalu ramai. Baru memasuki jalannya saja, kami disajikan pemandangan indah. Setiap rumah warga halamannya selalu dihiasi tanaman hias, pohon buah, pohon kayu, dan pohon-pohon kelapa.

“Ayah, di rumah kita apakah halamannya juga ditanami pohon buah, buah apa, Yah?” tanyaku penasaran. Aku takjub akan suasana sekitarnya ketika melihat pemandangan dari kaca jendela mobil.

“Ayah hanya tanam pohon belimbing dan mangga di samping rumah. Ada juga pohon lama dari rumah itu. Pohon beringin agak jauh di belakang rumah, sama pohon pinus di depan pagar, pohon angsana, pohon kemuning, ada pohon bunga kenanga juga. Ayah tidak mau menebangnya atau memindahkan. Pohon-pohon itu menarik, jika siang hari jadi tidak terlalu terik duduk di depan rumah.”

“Ada pohon beringin di belakang rumahnya!” Seru aku dan Ibu bersamaan.

Ayah mendelik waktu kami bersamaan mengucapkan itu, dan langsung menyahut, “memangnya ada apa sama pohon beringin?”

“Ayah, bukannya kalau ada pohon beringin pasti ada penunggu halusnya? Kalau mereka ganggu kita bagaimana?” ucapku cemas.

“Amora, ayah percaya kita hidup berdampingan dengan makhluk gaib. Jika kamu yakin dengan Allah, untuk apa khawatir. Pohon beringin itu juga makhluk ciptaan-Nya. Terus penunggunya juga ciptaan-Nya. Jadi untuk apa takut. Jika kita tidak ganggu mereka, mereka juga tidak akan ganggu,” tutur Ayah dengan tegas.

Aku mengangguk dan Ibu ikut mengangguk. Rupanya Ibu dan aku sama. Kami punya ketakutan sama pada hal gaib. Kata Ibu dulu sekali bilang, jangan pulang magrib-magrib nanti disembunyikan sama penunggu pohon seberang rumah kami. Padahal, ya, pohon seberang rumah kami itu kurus sekali batangnya, pohon jambu klutuk. Apa iya hantu penunggunya besar?

Lagi pula dahulu pohon juga rumah buat manusia, bukan rumah makhluk gaib semata. Namun, kadang manusianya sering rakus. Pohon-pohon sekarang banyak ditebang untuk membuat jalan, bangunan, dan lain-lain.

Perjalanan yang menyenangkan. Ternyata jarak antara rumah baru itu dengan sekolahku tidak bisa dipaksa dengan berjalan kaki. Bisa gempor kakiku. Jauh juga, kata ayahku bilangnya dekat.

“Terus kalau Amora berangkat sekolah nanti naik angkutan umum dari mana, ya? Sepertinya kalau masuk jalan ke rumah baru kita ini tidak ada angkutan umumnya,” tanyaku sama Ibu. Ayah menoleh dan menatapku bingung.

“Iya, sih agak jauh rupanya dari sekolah Amora,” pungkas Ayah menanggapi, “ya, sudah, nanti pakai ojek saja, ya. Kalau Ayah masuk kerja pagi, Ayah antar Amora ke sekolah dulu. Terus kalau Ayah tidak bisa jemput, kasih ongkos saja buat naik ojek,” ujar Ayah lagi memberi solusi. Aku menjawab iya sambil mengangguk saja. Ibu ikut tersenyum.

Sampailah kami di depan pagar rumah yang kelihatan luas. Ayah turun sebentar dari mobil yang dikemudikannya untuk membuka gembok pagar dengan kunci yang ada di tangannya. Setelah dibuka, Ayah naik mobil kembali dan memarkir mobil di halaman rumah baru itu. Sepintas aku pernah melihat rumah ini entah kapan dan di mana. Aku berusaha mengingatnya tapi selalu hilang.

Benar kata Ayah. Rumahnya tidak tingkat tapi besar dan memanjang ke belakang. Dari kejauhan aku bisa melihat pohon beringin besar itu di belakang rumah kami. Jaraknya tidak terlalu jauh sih, tapi aku merasa pernah berdiri di sana, entah kapan.

Diameter pohonnya lebar, kira-kira dua badan orang dewasa. Berdiri kokoh dengan ranting dan daun yang rimbun memanjang seakan membiarkan dirinya menjadi atap untuk makhluk lain. Akar-akarnya terlihat meliuk, berlilit-lilit di atas permukaan tanah. Terlihat seram, dan dingin.

Lihat selengkapnya