Rumah Amora

Rosi Ochiemuh
Chapter #18

Malam Pertama di Rumah Baru

16 Oktober, 2017.

Akhirnya kami benar-benar pindah, setelah bolak-balik mengurus barang-barang yang dipindahkan ke sana. Aku dan orangtuaku menuju rumah idaman kami dengan mobil yang dikendarainya sejak pagi, dan sampailah sekarang di sana.

Siang yang terik setelah membereskan beberapa barang, aku duduk-duduk di teras rumah baru kami, lalu aku coba lagi menghubungi Om Audri. Sekali lagi nomornya tidak aktif. Kemarin pun aku sudah menghubunginya, nomornya terus tidak diaktifkan. Aneh benar, apa dia sudah ganti nomor ponsel baru, ya?

“Sejak kemarin dan sampai hari ini kamu bolak-balik pegang ponsel terus, Amora. Siapa yang kamu hubungi?” tanya Ibu tiba-tiba sudah ada di teras menghampiriku yang sedang duduk menimang-nimang ponsel.

“Amora sejak kemarin menghubungi kontak Om Audri. Setelah acara pernikahan itu selesai, Om Audri seperti kehilangan jejaknya. Tadinya Amora ingin sampaikan jika kita akan pindah ke rumah baru.”

“Oh begitu, Ibu juga berpikir yang sama. Menurut Ibu, sih, dia itu orangnya kelihatan aneh, Amora. Ibu merasa pernah bertemu dengannya, di mana, ya, kira-kira, tapi bukan di sini. Wajahnya tidak asing. Ibu lupa di mana pernah bertemu,” ujar Ibu sambil berusaha ingat pada perkataannya.

Aku lupakan sejenak Om Audri, lalu pandanganku takjub melihat pemandangan indah di depan teras rumah ini, pepohonan rindang, tanaman hias, beberapa burung terbang ke sana ke mari. Ibu kembali masuk ke rumah karena masih berbenah dan merapikan lagi barangnya.

Hari pertama kami tinggal di rumah baru. Aku ingat tadi waktu kami pindahan ke mari. Warga di sekitar rumah ini, memandang aneh. Tidak ada senyum sambutan mereka pada kami. Hanya, pemuda seusiaku kelihatan antusias melihat kedatangan kami dan memberikan senyum lebarnya. Ya ampun, aku merasa pernah bertemu orang itu. Agak sulit mengingatnya.

Waktu aku sedang memikirkan itu, terlihat seseorang berdiri menyamping di depan pagar rumah kami, dan menatapku dari kejauhan, anak lelaki seusiaku tadi pagi yang memberi senyum. Sedang apa dia di depan pagar? Kakinya seolah dicegat sesuatu agar dia melihat ke rumah ini. Lantas aku segera menghampirinya.

“Maaf, ada apa, ya, kamu melihat seperti itu, di depan rumah kami?” sapaku berterus terang padanya. Dia tersenyum lebar.

Tunggu, aku ingat! Cowok ini, tatapan matanya, senyumnya, lirikannya, penampilannya. Oh! Hampir saja aku menjerit, dengan segera kukatup mulut. Gila, dia mirip sekali dengan orang yang ada dalam mimpiku? Siapa dia, ya? Mengucek mata berulang dan meliriknya lagi.

Cowok tanggung itu masih senyum. Tidak berubah senyumnya. Dia mendekat dua langkah dan sekarang dekat sekali mukanya dengan pagar rumah.

“Kamu baru pindah di sini, ya?” suaranya lalu terdengar. Eh, dia malah balik bertanya padaku.

“Iya, baru hari ini,” jawabku terpaksa. Perjumpaan yang aneh, pikirku.

“Oh, kenalkan, namaku Kusma. Rumahku tidak jauh dari sini dan aku tinggal berdua sama nenekku. Namamu siapa?” ucapnya langsung berkenalan.

Lihat selengkapnya