Oktober, 2017
Malam ini aku, Ayah, dan Ibu, ada di dalam rumah. Ayah dan Ibu sedang duduk-duduk di teras. Aku sedang mengerjakan tugas sekolahku.
Kami kedatangan tamu, seorang laki-laki tua yang dulu ada dalam mimpiku. Mirip sekali. Dia menyalami Ayah dan Ibu tapi tidak mengucapkan sepatah kata pun. Tiba-tiba saja dia terisak yang buat Ayah jadi bingung. Akhirnya lelaki tua itu di antar oleh Ayah dan Ibu dengan mobilnya. Tinggallah aku sendirian di rumah.
Baru saja aku mulai belajar sambil bersandar di sofa panjang, lampu penerangan ruang tamu dan lampu ruangan lainnya meredup. Aku terpaku, ada apa dengan lampu penerangannya, apakah listriknya akan padam? Saat mencari senter, seluruh ruangan suasananya langsung berbeda seperti bukan rumah yang aku tinggali. Samar-samar kulihat di lorong dapur, perempuan bergaun putih diseret paksa oleh tiga orang berpakaian serba hitam sampai menutup separuh kepala mereka dan perempuan itu berteriak minta tolong.
Dadaku berdetak kencang dan gemetaran melihat semuanya. Kulihat juga sosok pria yang dulu pernah ada dalam mimpi anehku pertama kali dan memanggil namaku. Dia dipukul berkali-kali, hingga wajahnya tidak bisa dikenal karena berlumuran darah yang keluar dari hidung dan mulutnya. Aku terus mematung gemetaran menutup kedua mulutku dan rasanya mual.
Anehnya aku ikutan merasa sesak dan sedih sampai terisak sendiri. Kupanggil mereka yang berlaku kejam dalam rumah ini tapi mereka seolah tidak melihat dan tidak mendengarkan. Perempuan itu sudah berlumuran darah dan diseret paksa, wajah cantiknya memar dan tubuhnya penuh luka tusukan. Sebelum itu telingaku tidak salah dengar bahwa perempuan itu memohon untuk tidak menyakiti pria di sebelahnya dan menyuruh untuk dilepaskan.
Dadaku makin sesak, tubuhku makin gemetaran, apa ini nyata? Aku seperti diperlihatkan adegan kekerasan dan pembunuhan. Setelah mereka berdua tidak bernyawa lagi, tubuh tak berdaya mereka diseret lewat pintu belakang rumah, kuikuti mereka dan satu mobil sudah diparkir di sana. Dua jasad dimasukkan ke garasi mobil. Satu orang pelaku mengubur sesuatu di belakang pohon beringin itu. Apakah dia menyembunyikan jejak kejahatan mereka?
Mobil itu kembali lagi, dan dua orang berpakaian hitam datang. Di tangan mereka masing-masing membawa satu jerigen yang kutebak isinya bensin. Mataku melotot tidak percaya. Benar isinya bensin yang tercium olehku. Dua orang itu menyiramkan ke sekeliling rumah, dan aku berteriak kencang sekuat tenaga untuk mencegah mereka tapi tubuhku menembus badan mereka. Mereka tidak melihat aku, tidak dengar juga teriakanku. Kulihat mobil yang tadi terparkir sudah tidak ada di situ, ke mana mobilnya, gumamku.
Setelah mereka menumpahkannya ke seluruh rumah itu, dua orang tadi berlari menuju pohon beringin itu, lalu aku tak sadar terus mengikuti mereka berlari menuju pohon beringin itu.
Ternyata di seberang pohon beringin yang berdiri terdapat jalan kecil, menuju ke tembusan jalan lain. Aku kehilangan jejak dan api yang membakar rumah kami semakin besar dan hampir melahap semuanya. Aku histeris, menjerit sekuat tenaga meminta tolong tapi tidak ada yang terlihat.
Malam itu di sekitar rumah tidak ada yang datang satu orang pun. Aku berteriak sekali lagi sambil menangis. Tolong! Rumah kami kebakaran! Tolong! Kedua mataku sangat perih karena asap kebakaran itu, dadaku sesak dan badan jadi lemas. Pandanganku mengabur lalu gelap seketika.