Rumah Amora

Rosi Ochiemuh
Chapter #27

Akhir dari Dendam


Semua sudah selesai, Nak. Saatnya jalani hidup yang baru tanpa kutukan, tanpa dendam, tanpa kebencian, tanpa kesedihan, tanpa kesepian.

Maafkan, Kakek, maafkan kami semua, Nak. Kamu dan ibumu berhak bahagia. Rumah itu milikmu sekarang, Amora. Jagalah baik-baik, tebarkan cinta dan kasih kepada keluarga, kepada sesama dan hubunganmu dengan orangtua. Jangan lupa itu, Nak.

Lelaki tua itu ada di hadapanku lagi sekarang. Aku tidak tahu berada di mana sekarang. Semua terlihat putih berkabut, apakah berada di atas langit atau di negeri awan? Apakah aku sudah mati? 

Dia memandangku dengan tersenyum, lalu aroma sedap malam menguar lagi dari tubuhnya. Pakaian yang dipakainya begitu cemerlang. Semua berwarna putih bersih, jas dan celana denimnya, dan dasinya berwarna emas. 

“Kakek, aku boleh ikut denganmu?”

Dia menggeleng dan tersenyum, “tidak sekarang Amora, bangunlah. Kamu harus melanjutkan hidup. Ingatlah pesan Kakek, ya.”

Lambat laun kabut putih mengelilinginya, menghalau pandanganku. Kemudian muncul sebuah pintu besar yang sangat terang, aku membuka pintu itu dan memasukinya.

***

“Amora, syukurlah kamu sudah siuman, Sayang,” kudengar suara Ibu.

Kuperhatikan lamat-lamat rupanya ini di dalam kamar, semua catnya berwarna putih. Ini kamar rumah sakit. Apa yang terjadi sebenarnya setelah pandanganku waktu itu berubah gelap? Di hadapanku ada Ibu, Ayah, Kusma, Umi Sakdiyah dan Abi, lalu Bu Titik di belakang mereka.

“Apa yang terjadi kepadaku? Bagaimana keadaan kalian?” tanyaku, dengan suara yang terdengar lemah.

“Kamu pingsan dan hampir saja tertusuk pisau malam itu, lehermu memar, Amora,” ujar Ibu sambil terisak dan berkata lagi, “kamu sudah sehari semalam tidak sadarkan diri.”

“Kami baik-baik saja, Amora,” sahut Ayah.

“Bagaimana dengan Om Audri dan Riko. Penjahat itu?” tanyaku tiba-tiba ingat mereka.

Lihat selengkapnya