"Siapa laki-laki yang harus kulayani malam ini?" tanya seorang perempuan dengan berpakaian sangat seksi dan menggoda.
Verganita Putri. Seperti itulah nama lengkapnya. Ia biasa dipanggil Vergan. Memiliki bibir kecil yang tipis, hidung runcing yang mancung, sorot mata yang memesona, dan postur tubuh yang begitu luar biasa. Siapa pun laki-laki yang melihatnya pasti akan tergoda.
"Laki-laki itu," jawab seorang perempuan yang bertugas mengatur seluruh jadwal klub malam.
"Kamu lihat di sana ada seorang laki-laki yang sedang menunggumu. Itu orang yang harus kamu layani malam ini. Ingat, jangan melakukan kesalahan lagi seperti kemarin. Kamu sudah dibayar mahal oleh laki-laki itu, layani dia dengan baik dan puaskan dia! Kalau tidak, kamu baru dua hari kerja di sini dan saya akan memecatmu," lanjutnya dengan suara yang dipenuhi ancaman.
Terlihat seorang laki-laki yang memakai kaos putih dibalut dengan jaket denim trucker basic indigo washed yang sedang berdiri di bawah gemerlapnya warna-warni lampu klub.
"Oke, baiklah kalau begitu," ucap Verganita dengan sedikit memicingkan matanya, memperhatikan baik-baik seorang laki-laki yang akan dilayaninya malam ini. Suaranya terdengar sedikit terpaksa.
"Cepat bersiap diri dan masuk lebih dulu ke kamar nomor 012! Saya akan memanggil laki-laki itu sekarang," bisiknya.
Tanpa menunggu lama, Verganita bergegas ke kamar 012 lebih dulu. Tempat yang akan menjadi saksi tubuh itu akan dibeli untuk kedua kalinya sesaat setelah laki-laki pertama yang membeli tubuhnya mengalami kegagalan. Sebab ia belum siap memberikan tubuhnya kepada laki-laki yang tidak dikenalinya.
Pekerjaan ini ia lakukan karena unsur keterpaksaan, demi mendapatkan uang yang banyak untuk pengobatan ayahnya yang sedang sakit parah. Andai diberi pilihan, ia tidak akan sama sekali memilih pekerjaan yang begitu hina ini. Sungguh, sangat terkesan memalukan.
"Maaf, Tuan. Mari saya antar ke kamar 012," ujar seorang perempuan yang beberapa detik lalu menyambung obrolan dengan Verganita.
Tanpa merespons ucapannya, laki-laki itu langsung mengikutinya dari arah belakang.
Reihan Vaska. Itulah nama lengkapnya. Berperawakan tinggi dan tubuh yang kekar, dada yang bidang, mata elang yang tajam, kulit yang putih, dan ketampanan yang hampir sempurna.
"Di sini, Tuan. Silakan."
Dengan sangat perlahan Reihan membuka pintu kamar itu. Ini adalah kali pertama ia menginjakkan kakinya di sebuah klub malam. Padahal sebelumnya ia sangat membencinya, akan tetapi keadaan memaksanya untuk pergi ke tempat itu.
Sedetik lalu sesaat setelah membuka pintu kamar, dilihatnya seorang perempuan yang memakai black lingerie teddy nightie yang begitu menggoda sedang menghadap ke arahnya. Ya, itu adalah Verganita.
Matanya menatap lurus pada Verganita dan perlahan ia menelan salivanya begitu dalam.
Ditutupnya pintu kamar itu dengan sangat hati-hati. Perasaannya yang campur aduk membuat Reihan merasa ragu apakah yang dilakukannya benar atau salah. Namun, kini ia berjalan ke arah Verganita.