Rumah Dalam Angan Perempuan

Yuisurma
Chapter #4

Cerita Bersambung

Tak lantas segera pulang ke rumah ternyata, Nitia malahan mampir terlebih dahulu ke toko buku yang berada di dalam mal. Tentunya ia harus bertindak sedemikian rupa, sehingga Lis tidak mengetahuinya jika dirinya masih berada di dalam mal.

Kendati tetap percaya jika Lis tadi hanya bersenda gurau dengannya, namun nama Nila yang sempat didengarnya cukup membekas dalam benaknya. Nama pena yang disebutkan Lis itu kiranya mampu membangkitkan keingintahuannya. Mau tidak mau ia harus membeli majalah, yang konon telah memuat cerita bersambung hasil karya tulisanya.

Meski penasaran, namun Nitia memilih untuk menuntaskan keingintahuannya di rumah saja. Khawatir Lis malah kembali menemukannya di toko buku. Tak heran begitu tiba di rumah ia langsung membuka bungkus plastik majalah yang baru dibelinya. Selanjutnya rubrik cerita bersambung menjadi fokus pencariannya.

“Reputasi Lis sebagai teman yang layak dipercaya omongannya kembali terbukti ...,” mulutnya berdesis. Barusan ia menemukan nama Nila sebagai penulis cerbung berjudul; Hasrat memiliki Cinta.

Lekas Nitia kemudian memelototi kata demi kata yang tertera dalam cerbung majalah di tangannya ini. Penuh seksama ia dalam membaca, seolah-olah tak ingin satu pun kata terlewati olehnya. Hingga kemudian bola matanya berpaling sejenak dari majalah, lalu menatap ke depan dengan ekspresi tak percaya. Sementara mulutnya sedikit menganga.

 “Ini sih bukan fiksi, tapi pengalaman hidupku semasa gadis dulu ....”

 Baru saja ia selesai membaca dua pertiga dari cerbung karya sosok penulis bernama Nila. Yang menjadi persoalan, kisah fiksi yang dibacanya ini lebih menyerupai pengalaman cinta segitiganya dulu. Apa yang diutarakan Lis tadi ternyata memang benar adanya.

Cerita bersambung yang barusan dibacanya berkisah tentang perjalanan hidup Teja, sang tokoh utama yang sedari bocah harus menerima nasib sebagai anak yatim. Mujur, Teja dipertemukan dengan sepasang suami istri bermurah hati. Mereka bersedia menjadi orangtua asuh bagi Teja. Tak hanya dibiayai hingga mencapai perguruan tinggi, sepasang suami istri itu pun memperlakukan Teja bak anak sendiri.

Selain Teja, terdapat tokoh lain dalam cerita bersambung yang menggunakan sudut pandang orang pertama ini. Tokoh yang tak kalah sentralnya dengan Teja, yaitu si Aku, putri tunggal dari sepasang suami istri yang mengasuh Teja.

Bagi si Aku, kehadiran Teja di keluarga ibarat angan yang teraih. Angan akan kehadiran sosok kakak laki-laki yang akan melindungi, membimbing, dan menyokongnya selalu. Terlebih Teja juga menganggapnya adik kesayangan yang manis dalam tampilan, dan juga perangai. Teja amat memanjakannya. Tak bakalan dirinya mendengar Teja berkata tidak atas semua permintaannya.

Kala bahagia mendapati kakak yang memanjakannya, permasalahan datang seiring bertambahnya usia si Aku. Tiada yang mengundang, tahu-tahu menyeruak begitu saja rasa di dalam jiwa si Aku. Rasa lantas mengubah perangai si Aku pada Teja. Tak puas sekedar memandangi Teja sebagai seorang kakak, si Aku menginginkan lebih. Si Aku berharap cinta yang bersahut turun pula dari seorang Teja.

Malang, cinta sepertinya hanya akan bertepuk sebelah tangan. Terlambat adalah penyebabnya. Kala si Aku tengah dalam terbuai cinta, sang pujaan hati malah tengah mesra-mesranya bareng seorang atlit renang wanita bernama Andini. Bukan indah yang didapatkannya, si Aku harus merasakan betapa sakitnya patah hati. Padahal si Aku tak jua berani mengungkap perasaan hatinya pada Teja.

Nitia menilai tiga tokoh utama dalam cerita bersambung itu merupakan karakter dari orang-orang dalam kehidupannya. Seperti tokoh Teja yang tak lain dari gambaran Senapati. Sama seperti Teja, Senapati sempat berstatus anak asuh orangtuanya sebelum kemudian menikah dengannya. Kemudian tokoh Andini yang mewakili Alin, wanita yang terlahir cuma untuk memusingkan kepalanya. Sedangkan karakter dirinya sendiri digambarkan oleh si penulis lewat tokoh Aku.

Siapa sesungguhnya penulis bernama Nila itu? Sebagai seorang penggemar fiksi, rasanya nama Nila merupakan pendatang baru dalam jagat penulisan negeri ini. Dari sekian banyak bacaan-bacaan fiksi yang pernah dilahapnya, tak pernah muncul nama penulis Nila. Pantas Lis ─yang juga sama-sama penggemar fiksi─ tadi menuding dirinya sendiri sebagai pemilik nama pena Nila.

“Kebetulan adalah bagian dari seni kehidupan.”

Lihat selengkapnya