Rumah Dalam Angan Perempuan

Yuisurma
Chapter #6

Rumah Ini Dijual

“Mas, aku pergi dulu ke rumah Om Gito!” pamit Nitia pada suaminya. Siang ini ia hendak menyambangi kediaman rumah pamannya di Cempaka Putih.

“Kalau bisa mampir juga ke Aroma Nikmat, aku pesan sebungkus biji kopi.”

Yang dimaksud Aroma Nikmat tak lain nama toko kopi yang terletak di Cempaka Putih. Toko yang khusus menjual aneka biji kopi kiloan. Suaminya sangat menggemari kopi yang dijual di sana. Paling tidak dua minggu sekali suaminya rutin membeli sebungkus biji kopi dari toko Aroma Nikmat.

“Tapi, ingat, kalau nyeduh kopi gulanya jangan lagi empat sendok makan! Kurangi, cukup satu, atau dua sendok saja!”

“Irit banget sih hidup, memang ada rumah tangga jatuh miskin gara-gara suami boros gula?”

“Bukan masalah irit, atau miskin, tapi lihat perutmu itu, Mas,” seru Nitia, sedikit gusar sembari menunjuk perut buncit suaminya, “lagian kalau sudah kena penyakit gula, yang rugi Mas sendiri.”

 “Iya deh,nanti aku kurangi gulanya. Bila perlu enggak dikasih sama sekali!”

“Nah, itu baru bagus namanya. Kalau perlu sekalian juga dengan kebiasaan merokokmu!”

Suaminya cuma tertawa ringan.

Berangkat menggunakan sepeda motornya Nitia akhirnya tiba di kediaman pamannya. Tidak terlalu lama dirinya berada di sana, mengingat tujuannya datang ke rumah pamannya hanya untuk mengantarkan kue kering buatannya. Sedari masih gadis dulu ia memang piawai membuat aneka ragam kue. Sementara pamannya teramat menyukai kue buatannya.

Memenuhi permintaan suaminya, sekembalinya dari kediaman pamannya Nitia tak lantas pulang ke rumah, tapi mengarahkan sepeda motornya menuju Toko Aroma Nikmat. Lokasi tokonya sendiri masih berada di area Cempaka Putih, tak jauh dari kediaman pamannya.

Tiba di lokasi toko yang ditujunya, Nitia malah termangu begitu menghentikan laju sepeda motornya. Kok jadi bengkel sepeda motor?

Tak habis pikir Nitia, bangunan Toko Aroma Nikmat sekoyong-konyong lenyap begitu saja, berganti bangunan bengkel sepeda motor. Kalaulah tokonya memang telah berubah fungsi, tetapi menghadirkan bangunan baru macam bengkel di depannya ini tentunya dibutuhkan waktu pembangunan, bisa berbulan-bulan lamanya malah. Sedangkan baru tiga minggu lalu dirinya mampir kemari, dan mendapati Toko Aroma Nikmat masih berdiri melayani pembeli.

“Apa aku lagi melamun, terus salah alamat?” pikirnya lagi.

Rasanya agak mustahil bila dirinya tengah salah alamat. Sudah tidak terhitung banyaknya ia menyambangi Toko Aroma Nikmat, demi memenuhi permintaan suami untuk membeli sebungkus biji kopi. Mana mungkin ia sampai salah mengambil jalan. Terkecuali dirinya selama berkendara tadi memang melamun.

Lekas ia menoleh ke belakang, hendak memastikan bila dirinya tidak salah alamat, apalagi melamun di jalan. Sebagai patokan, tepat di seberang jalan berdiri bangunan sekolah TK yang berhadap-hadapan langsung dengan Toko Aroma Nikmat.

Malah sebuah rumah model lawas, lengkap dengan pekarangan luas yang menampak di hadapannya.

Kembali Nitia harus termangu. Ia akhirnya kembali ingat, baru lima hari lalu dirinya menemukan sebuah rumah yang tiga kali hadir dalam mimpinya. Sedangkan sebelum-sebelumnya rumah, yang kata suaminya dimiliki Pak Darwis itu hanyalah bangunan sekolah TK, setidaknya seperti itu yang ada dalam ingatannya.

Rupanya ketika lima hari lalu berhenti di depan rumah Pak Darwis, ia terlalu terpukau menemukan rumah dalam mimpinya. Nitia akhirnya kurang memperhatikan keberadaan Toko Aroma Nikmat, yang sudah berganti bengkel sepeda motor.

Lihat selengkapnya