Rumah Dalam Angan Perempuan

Yuisurma
Chapter #8

Calon Miliader

 Tak habis pikir Nitia, mengapa dirinya kerap bertemu dengan Lis acapkali berbelanja di mal. Padahal ia tak pernah fanatik berbelanja di satu mal saja, lebih sering bergonta-ganti lokasi. Namun, anehnya Lis seperti memiliki radar pencari. Di mana pun mal yang disambanginya, di situ pula teman satu ini akan senantiasa datang menyapanya.

Seperti sore hari ini, Nitia terpaksa harus melayani dulu Lis yang gemar sekali mengobrol dengannya di supermarket. Sedangkan dirinya baru saja mengambil keranjang dorong.

 “Waaah ... mentang-mentang bakalan jadi miliader, saban hari terus ngeborong belanjaan.”

 “Heh, baru dua minggu lalu aku belanja di supermarket, wajar dong bila hari ini aku belanja lagi,” sangkal Nitia, “terus maksudmu apa sampai tadi menyebutku calon miliader?”

 “Tia, belum dihubungi orang Pertamina?”

 “Orang Pertamina? Apa urusannya aku dengan mereka?”

 “Pantas kamu malah langsung nyangkal kusebut calon miliader.”

 Sampai Nitia menghentikan dulu langkah kakinya. Padahal keranjang dorongnya masih melompong dari barang yang hendak dibelinya. Sepertinya ia harus serius mendesak Lis.

 “Lis, tolonglah jangan suka bikin aku bertanya-tanya terus! Langsung jelaskan maksudmu dengan menyebutku calon milyader!”

 “Kerabatku dua hari lalu dihubungi orang Pertamina. Mereka rupanya mau membeli tanahnya yang terletak di pesisir Karawang. Tahu harga yang Pertamina tawar untuk tanahnya, sepuluh milyar rupiah!”

 “Besar sekali. Memangnya berapa luas tanah kerabatmu?”

 “Sekitar setengah hektar.”

 “Ya wajar aja segitu harganya, tanahnya luas sekali.”

 “Jangan bandingkan dengan tanah di Jakarta! Tanah kerabatku itu di dekat laut, di pesisir Karawang yang jauh kemana-mana.”

 “Tanah punyaku yang juga di pesisir Karawang belum laku-laku kujual. Padahal harganya murah banget dibandingkan tanah di Jakarta.”

 “Nah, itu dia! Tanah kerabatku cuma berjarak empat ratus meter saja dari tanahmu!”

 Bukan mencengangkan bila Lis tahu lokasi tanahnya yang berada di pesisir Karawang. Pernah dua kali Nitia mengajak Lis main-main ke sana.

 “Sebentar, Lis! Memangnya Pertamina mau bangun apa di lahan milik kerabatmu?”

 “Ini bagusnya Pertamina, mereka sengaja merahasiakan kalau di pesisir Karawang telah ditemukan cekungan minyak. Takut para mafia tanah gentayangan lebih dulu beli tanah warga setempat.”

“Jadi Pertamina berencana mau ngebor minyak di sana?”

“Benar, Tia. Dan tanahmu dipastikan masuk area yang bakalan dijadikan sumur minyak Pertamina.”

 Kontan Nitia terpana.

 “Berapa luas lahan tanahmu?”

 “Satu hektar lebih dikit.”

Lihat selengkapnya