RUMAH di ATAS KOLAM

Kersen Tuia
Chapter #1

Suatu Hari Di Tempat Itu

Suatu hari di tempat itu, Ilse adalah seorang anak kecil yang berkuncir dua. Sedang berdiri di atas rumahnya yang terbuat dari kayu. Rumah itu berada di atas kolam. Ilse sebenarnya juga tidak begitu pasti, mengapa ayah membuat rumahnya seperti itu. Orang-orang sering berkata, rumah yang berdiri di atas kolam itu, aneh. 

Kolam itu tidak jernih. Warna airnya hijau pekat. Dengan rontokan daun akasia kering di atasnya. Siang itu, angin bertiup manis. Ilse kecil, begitu menyukai ada di sana. Di depan jendela kayu yang lebar, melihat ke bawah. Ke arah air hijau yang pekat itu. Sesekali, ia melihat ikan-ikan melompat. Ikan kecil dan ikan besar. Sebesar kuali. Sebesar wajan panjang. Ilse, suka membayangkan daun-daun akasia kering itu adalah perahu kayu tua. Dan rontokan daun-daun lainnya, adalah perahu-perahu yang lebih kecil. Mereka melaju ke sana-ke mari. Tidak tentu. Ikut arah angin bertiupan.

 Ilse tidak suka tidur siang. Entah kenapa, ia tidak pernah berhasil mengantuk ketika siang hari. Kecuali bila terlalu kelelahan. Ilse lebih suka berdiam memandangi kolam yang hijau itu, sambil bernyanyi-nyanyi, atau melakukan hal lain yang menyenangkan. Seperti berbicara dengan daun, dan memberi makan ikan. 

Siang itu, Ilse memberi makan ikan. Dengan remah kue di sebuah kaleng berwarna merah. Ikan-ikan itu kesenangan. Mereka berkumpul dan menciptakan gelombang-gelombang air yang menarik. Tapi, kemudian ia berhenti melakukannya. Ada sesuatu yang muncul dari dalam kolam. Bukan ikan. Kali ini, bukan ikan. Sesuatu yang aneh.

Sesuatu dari dalam kolam itu, kemudian semakin menuju permukaan. Menyibak air hijau pekat. Sepasang tangan yang begitu lentik dan berkilau. Diterpa matahari siang, sepasang tangan itu seperti berpendar-pendar. Ilse mengamati dengan takjub untuk beberapa saat. Sebelum sepasang tangan yang lentik itu kemudian berubah menjadi sebentuk wajah yang aneh. 

Wajah itu tidak cantik seperti manusia cantik. Ia cantik yang berbeda. Semacam wajah ikan yang cantik. Wajah itu menatapnya dengan mata yang putih. Dagunya hampir terlalu runcing. Telinganya mirip insang yang membuka lebar keluar. Bibirnya memiliki ekspressi yang aneh. Bukan tersenyum, bukan juga menyeringai. Ada lubang hidung yang begitu mendempet ke bibir aneh itu. Tapi, bila diperhatikan keseluruhan, makhluk itu, cantik. Ilse mulai meragukan keberaniannya, dan menutupi wajahnya dengan tangan. Ilse Takut.

Kemudian, ketika ia memberanikan diri membuka wajahnya lagi, membuka matanya, sesuatu dengan wajah ikan itu, sudah tidak berada di kolam. Ia menghilang. Meskipun ia tidak mendengar suara “byur” seperti ikan yang kembali melompat ke dalam air. Ilse tidak mendengar apa pun selain kesiap angin siang yang merontokkan daun-daun. 


***


Ilse bercerita kepada ayah mengenai hal ini. Ayah bilang, itu hantu sungai.

Lihat selengkapnya