RUMAH di ATAS KOLAM

Kersen Tuia
Chapter #2

Menunggu

“Apa yang dilakukan gadis kecil berusia delapan, berdiri seorang diri sore hari, tanpa pengawasan di pinggir kolam?” tanya Mama. Mama terlihat menahan cemas di matanya yang indah. Hidung mama yang mungil, tampak mendengkus dan kemerahan, setelah mendapati Ilse sore itu di pinggir kolam.

 Saat itu, Ilse memang berjalan agak jauh, hampir menyentuh bibir kolam. Bukan di tempat biasa, di atas ruang belakang yang tepat di atas kolam menghadap jendela besar. Bukan di sana.

Ilse tahu mama sudah menahan begitu banyak kecemasan setiap hari akan sikapnya. Anak gadis kecilnya yang selalu melakukan hal yang “ada-ada saja,” begitu kata Paman Goni, salah satu teman kerja Ayah. 

“Maaf, Mama..., aku hanya menunggu temanku,” Ilse menjawab lirih, berusaha menangkan Mama. Ilse tahu benar, mamanya itu, mudah cemas, tapi juga mudah sekali bersikap lembut. Perempuan yang sore itu memakai rok kuning telur itu, adalah Mama yang baik sekali.

“Teman? Siapa teman yang kau ajak bertemu di pinggir kolam, sayang?” tanya Mama.

Ilse benar. Kali ini, suara mama lebih lembut. Tidak secemas tadi.

“Rola,” jawab Ilse berbohong. Padahal, tadi, Ilse tidak menunggu Rola. Anak gadis berkuncir dua itu, menunggu sesuatu yang muncul dari dalam kolam. Yang ayah bilang, itu hantu sungai.

 Tadinya, Ilse memang menunggu di ruang belakang yang tepat di atas kolam, seperti biasa, di depan jendela besar. Namun, sampai menjelang sore makhluk itu tidak muncul. Ikan kecil dan ikan besar, pun tidak muncul. Hanya daun-daun kering saja yang Ilse dapati. Mengambang tak tentu arah diterpa angin.

Lihat selengkapnya