Berat sekali kaki Listy menuju dapur, tetapi diseret juga demi tugas dari majikan. Dia baru saja datang untuk kerja di sini, tak mungkin langsung menolak. Bukan apa-apa, gimana kalau Pak Randi marah terus mengusirnya? Jangankan untuk memesan kendaraan pulang ke kampung. Bahkan untuk membeli cilok pun Listy tak punya uang.
Listy mengusap wajah. Berat rasanya jadi orang miskin. Apalagi miskin kuadrat begini. Sudah miskin, berhutang pula. Untung nyawa ini pemberian Tuhan. Kalau statusnya pinjaman, bisa miskin kubik.
Sudah hampir sampai ke dapur. Mata bundar gadis dengan rambut hitam pekat itu melirik kanan dan kiri. Tepat di mulut dapur, Listy berhenti.
"Dear Hantu, Setan, Makhluk Gaib. Aku Listy, please ... jangan ganggu. Aku, tuh, di sini sama dengan kamu. Kita sama-sama numpang. Jadi, jangan saling ganggu. Nanti kalau aku udah punya duit, aku traktir. Ya, please ...."
Listy bergumam sambil memejamkan mata dan menangkupkan kedua telapak tangan. Perlahan dia membuka mata lalu menjulurkan kepala.
"Gak ada apa-apa ternyata. Alhamdulillah ...." Listy mengembus napas lega sembari mengelus dada.
Air dijerang dengan teko di atas kompor. Listy mengeluarkan toples berisi teh dari atas lemari gantung. Dia harus berjinjit demi menggapai kotak itu. Untung posisinya bukan paling atas. Kalau tidak, dia pasti kerepotan. Minimal harus menyeret kursi dulu ke sini.
Ah, yang penting sekarang benda itu sudah ditangan. Listy mulai membuka kotak dan mengambil dua buah kantung teh celup lalu memasukkannya ke dalam gelas.
Toples teh diletakkan lagi di tempat semula. Dia kemudian membuka laci-laci lemari gantung lainnya dan laci meja untuk mencari toples gula.
"I was born a fool.
Broken all the rules.
Ouwo uwooow."
Listy menirukan lagu Lathi sesuai versinya sendiri sambil mencari toples yang menyimpan butiran kristal. Suara gadis itu medok dan falseto, bukan main. Cicak sampai terdiam, kalah pamor dengan penyanyi kelas kamar mandi tersebut.
"Everything has changed.
It all happened for a reason.
Down from the first stage.
It isn't something we fought for.
Never want—"
Nyanyian Listy terhenti. Dia menggaruk-garuk kepalanya. Bukan karena lupa lirik lagu, tapi ....
"Ke mana kantung teh celupnya? Perasaan tadi udah diletak dalam gelas," sungut Listy.
Toples gula diletakkan. Dia mencari kantung teh di sekitar gelas hingga di lantai, siapa tahu terjatuh. Tidak ketemu, jadi Listy terpaksa mengambil lagi.
"Kowe ra iso mlayu saka kesalahan.
Ajining diri ana ing lathi. Ihiii!"
Listy sampai menirukan gerakan yang mirip dengan model di video klip lagu itu. Biar lebih menjiwai lagu. Alhasil butiran gula beberapa tumpah sewaktu dimasukkan ke dalam dua cangkir keramik.
"Tak lelo lelo lelo ledung ...."
Samar, tapi telinga gadis penyuka warna cokelat itu masih bisa menangkap suara nyanyian tadi. Langsung dia menoleh, tapi tak menemukan siapa pun.
Listy menggeleng.
"Halusinasi," ucapnya mantap.