"Kamu ngapain di situ?"
Pak Randi berdiri di depan dapur dengan segelas air di tangan kanannya.
"Tadi ada yang nyanyi di sini. Listy kira Bu Caca," terang gadis polos itu.
"Ngaco kamu. Bu Caca lagi tidur di atas. Buruan tutup pintunya. Nanti nyamuk-nyamuk pada pindah ke dalam."
"Terus yang di luar tadi siapa, Pak?" Listy cepat membantah.
"Mana saya tahu. Hantu kali!" jawab Pak Randi diakhiri cebikan.
Kening Listy mengernyit. Hantu? Hipotesis yang buru-buru. Tadi belakangnya gak bolong. Terus rambutnya rapi. Muka? Kaki? Nah, itu dia yang belum kelihatan. Buktikan dulu kali, ya.
Listy buru-buru menoleh ke tempat tadi. Ajaib! Sosok berbaju putih dan menggendong bayi sudah lenyap.
Yaah .... Eh, kok, yah? Listy menepuk kening lalu gegas menutup pintu sebelum ketakutan memenuhi benaknya.
Gadis itu berlari. Dia mengurung diri di kamar. Berlindung di balik selimut.
Lima menit belum juga bisa tidur, padahal Listy maunya begitu buka mata langsung pagi. Bolak-balik mengubah posisi, akhirnya dia frustasi. Sekarang duduk bersandar sambil merem. Entahlah, dia merasa ada yang sedang memperhatikannya.
"Atas nama keluarga besar Tomo di kampung, mohon malam ini biarkan aku tidur dengan nyenyak. Aku tuh gak pernah kuliah, jadi jangan ospek kayak di film-film. Ini udah jam sepuluh. Aku gak mau begadang, takut dimarahin Eyang Roma Irama. Eh, maaf, aku disuruh bangun pagi-pagi sama Bu Caca. Mohon kerja samanya, Hantu Baik."
Setelah menunggu beberapa saat, Listy membuka mata. Dia merasa sudah aman. Tidak lagi merasa diperhatikan. Otaknya berpikir cepat bagaimana jalan terbaik supaya bisa tidur.
Aha! Gadis itu menjentikkan jari. Dia menyeret tas yang diletakkan di bawah, dekat nakas. Menggeledah sejenak, lalu dapatlah benda yang dicari.
"Gimana cara nelannya?" Listy bergumam sambil memegang obat anti mabuk.
"Ah, bodo amat!"
Obat ditelan dengan paksa.
Sial! Nyangkut lagi!
Putus asa, Listy berjalan ke kamar mandi. Letaknya di dalam kamar. Itu karena tingkat keberaniannya yang hanya sebesar zarah. Daripada ke dapur, terus papasan hantu?
Nekat. Listy minum air dari keran. Dia yakin kalau satu tegukan tidak akan membuatnya kejang.
Sambil menunggu obat bereaksi, Listy menyetel alarm lalu menyalakan televisi.
Enaknya jadi pembantu di rumah ini. Televisi pun disediakan, besar pula. Lain hal dengan di rumah. Listy dan ibunya hanya punya satu televisi 14 inci model tabung, yang kalau dihidupkan lebih banyak semut ketimbang wajah manis artisnya.
Sedang tayang channel 15, remote hampir terlempar dari tangan Listy.
"Astaghfirulloh!" Cepat dia memindahkan siaran TV. Bahaya nonton buru hantu malam-malam. Takut mereka beneran muncul.