Segala sumpah serapah yang kuketahui bersahutan di dalam benak. Bergegas aku mengenakan jubah mandiku.
Siapa yang gila berenang di malam buta?
Kupastikan lampu di jerambah menyala dan sambil membawa senter aku keluar rumah.
Aku hampir tak memerlukan senter karena bulan benderang. Kuangkat kepala dan benda bundar keperakan itu seperti jemawa di atas sana, tak sedikit pun ia terganggu oleh awan-awan yang melintas.
Kupusatkan kembali perhatian ke danau. Menyenter ke arah seseorang tadi berenang.
Tidak ada.
Air danau tenang seperti kaca.
Bulan seperti bercermin di permukaannya.
Aku berkeliling dan menyenter ke segala penjuru.
Tak ada siapa pun.
Ini mulai menyebalkan. Aku mengutuk dan membalikkan badan, masuk ke dalam rumah.
*****
Aku terbangun karena kedinginan dan ingin kencing. Sambil menguap aku memaksa untuk keluar dari balik selimut. Lantai kamar terasa begitu dingin di bawah telapak kaki.
Aku mengutuk karena lupa membeli sandal.
Sinar bulan menyelinap dari balik tirai. Mataku menyipit. Ini seperti malam yang kemarin. Kuintip danau yang berkilauan. Kini aku tak bisa melihat danau tanpa membayangkan ada sesuatu di dalam sana.
Kau mulai tak waras. Aku kembali mengutuk.
Keluar dari kamar mandi aku menyadari pintu menuju ruang bawah terbuka.
Punggungku meremang.
Aku yakin benar telah menutupnya kemarin sore.