Padang, 2019
Sosok hitam itu tampak besar dan menakutkan. Ukurannya berkali lipat laki-laki dewasa. Jelas dia bukan manusia. Dia berdiri angkuh di hadapan Niam yang terbaring lemah tiada daya. Menggigil Niam dibuatnya, namun wanita tua itu tidak mampu berteriak untuk meminta tolong pada anak-anaknya yang menunggu di luar kamar. Sekadar mendecit saja dia kesulitan.
“Mungkin beginilah akhir hidupku,” pikir Niam sambil meneteskan air mata. Dia menangis dalam senyap. Hanya otot matanya yang bergerak-gerak karena bagian tubuhnya yang lain mulai kaku. Sudah bisa dipastikan sosok hitam di hadapannya itu adalah malaikat maut yang sebentar lagi akan mencabut nyawanya.
Katanya menjelang mati, kita akan diperlihatkan kilas balik kehidupan yang sudah kita jalani. Niam pernah mendengar hal itu dari Orin, cucu perempuan yang paling dekat dengannya. Sayang, saat ini Orin sedang berada di perantauan. Padahal Niam ingin sekali melihat wajah perempuan muda itu untuk yang terakhir kalinya. Sudah setahun mereka tidak bersua. Dan mereka tidak akan bisa bertemu lagi melainkan hanya perjumpaan Orin pada makam Niam kelak.
Mungkin karena akan mati itulah, Niam kembali melihat masa kecilnya. Masa remajanya yang singkat berlalu dengan jelas di depan matanya, seolah dia sedang menonton televisi. Lalu lanjut pada adegan pernikahannya dengan Sudirman. Laki-laki itu sudah berpulang duluan beberapa tahun yang lalu, membuat Niam bertanya-tanya apakah mereka akan segera berjumpa di surga. Dalam memori yang terlintas di depan matanya, Sudirman muda kembali. Dia tengah bersuka cita menyambut kelahiran Rochmat, anak pertama mereka. Dia mengucapkan terima kasih ratusan kali pada Niam karena sudah melahirkan bayi laki-laki itu.