Rumah Kaca

Amiralie
Chapter #8

Ep. 05 - Luna

Tiga bulan berlalu. Semua berjalan dengan sangat cepat. Aku mengenakan gaun yang dipilihkan mama. Di altar, Jonathan menungguku. Sama seperti semua pernikahan pada umumnya. Kami tersenyum satu sama lain. Menunjukkan kepada para tamu bahwa kita adalah pasangan yang berbahagia. Photographer mengabadikan momen kita yang sedang berbahagia. Aku ingat kilatan cahaya kamera membuatku sedikit pusing ketika turun dari altar. Para tamu yang tak kukenal bergiliran mengucapkan selamat. 

Pada hari itu aku sangat kelelahan untuk terus tersenyum setiap saat. Aku merasa seperti sebuah boneka pajangan yang layak dipamerkan oleh pasanganku. Benar, dia memamerkan ku ke teman-temannya. Memujiku betapa cantiknya mempelai wanita mengenakan gaun putih yang didesain oleh seorang desainer terkenal. Lihatlah betapa cantik wajahnya yang selalu tersenyum setiap saat. Mereka semua memujiku. Mengatakan betapa beruntungnya aku bisa menikahi seorang pria sempurna seperti Jonathan. Selain dia seorang pekerja keras, dia juga memiliki wajah yang cukup tampan, tubuhnya tinggi dan terlahir dari keluarga terpandang. 

Aku melihat diriku seperti sebuah boneka pajangan. Hanya bisa tersenyum. Melihat mereka tanpa berbicara apa-apa kecuali ditanya tentang pujian basa-basi. Kehidupan pernikahan bukanlah kehidupan yang kuinginkan. 

Semalam sebelum pernikahanku, aku berpikir untuk kabur. Tetapi setelah dipikir-pikir lagi. Aku tidak memiliki siapa-siapa untuk bersandar. Jika aku kabur dari rumah, aku akan sulit mendapatkan pekerjaan. Apakah nantinya aku akan mendapatkan gaji kecil karena bekerja sebagai kasir supermarket? Aku sendiri, tidak akan bisa hidup sendirian. Aku belum kuliah, tapi kedua orang tuaku terlalu terburu-buru menjodohkanku dengan Jonathan. Pada akhirnya aku tak seberani itu untuk kabur dari rumah. 

Papa dan mama membelikan kami rumah yang terletak di sebuah komplek perumahan untuk kalangan atas. Karena sebagian besar kenalan papa dan mama tinggal disana, sehingga mereka bisa menjaganya ketika Jonathan sedang pergi. Setelah pernikahanku, Jonathan sering pergi meninggalkan rumah dalam waktu yang lama. 

Aku adalah boneka pajangan, sehingga aku tak memiliki hak apapun untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh suamiku. Aku sendiri tidak begitu mengerti kehidupan suami istri yang sebenarnya. Sehingga aku banyak menonton Drama Korea yang direkomendasikan oleh Rika. setelah menonton sampai sekian episode, aku semakin tidak mengerti. 

Pernikahan adalah suatu ikatan suci yang dilakukan kedua pasangan yang saling mencintai. Aku sendiri, tidak begitu paham apa itu cinta. Kedua orang tuaku tak pernah mengajarkannya padaku. Terlebih lagi, Jonathan sering pergi meninggalkan rumah karena pekerjaannya. Aku sendiri juga jarang mengobrol dengannya. Kami mengobrol hanya sekali, tiga bulan lalu kita sedang makan malam bersama setelah dia pergi keluar kota. Dia mampir sebentar untuk mengambil barang-barangnya. Itu juga sedang membicarakan tentang cuaca. 

Sangat dangkalnya pernikahan ini. Aku sendiri juga tidak mengharapkan lebih pada pernikahan yang dipaksa oleh kedua orang tuaku. Sehingga aku tak akan merasa bersalah tentang keputusan yang kuambil di masa lalu. Mungkin sekarang jika aku kabur dari rumah, aku akan makan nasi dingin yang sudah kering atau mie instant sampai aku bosan. Aku tidak akan bisa hidup seperti itu. 

Selama tiga tahun pertama dalam pernikahan, aku sangat jarang bertemu Jonathan. Aku tidak pernah berbicara kepada siapapun kecuali kepada pembantu rumah. Walaupun aku bertemu kalian pada setiap tahunnya, aku selalu merasa cemburu karena kalian bisa kuliah dan menikmati masa muda sesuka hati kalian. Sementara aku disini, terperangkap dalam dinding-dinding pernikahan yang dangkal. Jujur saja, aku terus merasa kesepian. Jonathan juga sama sekali tidak memperdulikan jika aku memiliki kekasih atau tidak. Baginya, pernikahan ini hanyalah sekedar bisnis untuknya. Terus menerus dia terlalu sibuk sampai tak terasa aku bersabar menunggunya selama sepuluh tahun. Apakah aku harus mencari kekasih gelap? 

* * *

Bagaimana ceritanya jika aku memiliki kekasih gelap jika aku sendiri adalah orang yang sangat tertutup. Di saat seperti itu, aku bertemu dengan seorang pria yang menemaniku minum di klub langgananku, The Juveniles Club. 

The Juveniles Club. nama yang cukup konyol untuk sebuah klub yang menyediakan pesta topeng di perkumpulan sosialita kalangan atas. Aku datang atas undangan Keluarga Burgundy. Aku mendapatkan paket dari pengirim tanpa nama. Ketika aku membukanya, terdapat sebuah gaun hitam pertengahan tahun 1920, sepatu lengkap dengan aksesoris dan topeng masquerade. Ketika aku datang mengikuti alamat yang dituju, aku melihat orang-orang berpakaian sama sepertiku sedang masuk ke Juveniles Club. Anehnya, klub ini terletak di pinggiran kota. Tidak seperti klub malam lainnya yang terletak di ibukota dan selalu menarik para tamu dengan papan bercahaya yang menuliskan nama klub mereka. The Juveniles Club terbatas hanya untuk tamu yang diundang. 

The Juveniles Club penuh dengan misteri. Karena aku tak mengenal siapa-siapa yang hadir disana. Terlebih lagi aku menggunakan nama palsu “Nadine.” begitulah semua orang memanggilku. 

Semenjak menemukan Juveniles, aku semakin jarang pulang ke rumah. Juveniles juga menyediakan penginapan gratis, sehingga aku tidur ketika aku tak ingin pulang. Entah mengapa, aku melampiaskan semua penyesalanku dengan minum di meja bar. Bahkan sampai bartender nya bisa mengenaliku karena aku sangat sering datang untuk minum. 

Suatu ketika aku mabuk berat. Aku bertemu dengan Fabian. Dia mengenakan topeng. Tetapi aku bisa merasakan kenyamanan untuk berbicara dengannya. Mungkin karena dia mengenakan topeng singa, sehingga aku tertawa setiap kali melihatnya. Dia adalah teman yang selalu menemaniku minum. Aku menceritakan segalanya kepadanya. Sampai suatu ketika, aku mabuk berat dan terbangun pada pagi hari di ranjangnya. Aku benar-benar bodoh. Aku sudah menikah tetapi aku berani melakukan hal tak senonoh bersama pria yang baru saja ku kenal selama tiga hari. 

Tetapi ketika dia membuka topengnya, dia sangat tampan. Lebih tampan dari aku melihat suamiku sendiri. Pada akhirnya, aku untuk yang pertama kalinya jatuh cinta kepada seseorang. Ternyata cinta adalah suatu hal yang membuatku jadi lebih bodoh dari biasanya dan aku menyukainya. Aku suka jika aku bodoh. Karena ketika aku bodoh, aku bisa bersandar pada seseorang. Ketika bersandar kepada seseorang, aku merasa menemukan kenyamananku untuk tidur. Terasa hangat dan penuh kasih sayang. Ini adalah sesuatu yang tak bisa kumiliki.

Aku tahu ini tidak benar.

Lihat selengkapnya