Rumah Kaca

Amiralie
Chapter #11

Ep. 07 - April

Namaku Marcella Aprilia. Karena aku lahir di bulan April, mama menamaiku sesuai dengan bulan kelahiranku. Kehidupanku tak jauh berbeda dengan anak-anak seumuranku pada umumnya. Terbilang normal. Aku tidak pernah bermasalah kepada siapapun. Aku selalu berusaha mempertahankan nilai-nilai raporku sesuai dengan peringkat sepuluh besar mulai dari SD sampai SMA. Tetapi aku memiliki masalah dalam pertemanan. 

Ketika SD aku mempelajari bahwa para pelajar hidup berdasarkan The Students Triangle. Aku menamai teori ini sendiri setelah menemukannya di buku perpustakaan. Terdapat tiga segitiga dalam kehidupan para pelajar. Sudut pertama adalah tidur bilang saja manusia juga membutuhkan istirahat. Sudut kedua adalah belajar, salah satu tanggung jawab mengapa mereka dikenal sebagai pelajar. Sudut terakhir adalah pertemanan. Semakin banyak teman maka akan semakin populer. 

Sebagai manusia normal kita hanya bisa memilih dua sudut. Contohnya, jika kita memilih belajar dan tidur. Nilai kita akan bagus tetapi kita tidak akan bisa menemukan teman karena waktu kita sebagian besar dipakai untuk belajar dan istirahat pada malam hari. 

Contoh kedua bagaimana jika kita memilih pertemanan dan tidur. Maka seluruh waktu kita akan terbuang untuk bermain bersama dengan teman-teman dan istirahat untuk sekolah di kemudian hari. Tentu saja dengan begitu, pelajaran di sekolah akan berantakan. 

Tetapi jika kita memilih contoh ketiga, yaitu pertemanan dan belajar. Maka kita tidak akan memiliki waktu untuk istirahat. Waktu untuk belajar sangatlah berat dan lama. Begitu juga pertemanan. Untuk bertemu dengan banyak orang memang mudah melelahkan, terlebih lagi kita ingin nilai rapor bagus, sehingga kita berusaha belajar dan tidak memiliki istirahat yang cukup. 

Jika ada orang yang bisa memiliki ketiganya, maka dia adalah jenius. Permasalahannya aku hanyalah manusia biasa. Sehingga aku memilih belajar dan tidur. Karena bagiku, pertemanan adalah bentuk sosialisasi yang begitu rumit. Sewaktu SD, sahabat pertamaku merasa bosan denganku sehingga dia meninggalkanku untuk bermain dengan anak yang lain. Kemudian dia baru mengatakan jika aku terlalu membosankan dan abu-abu untuknya. Tentu saja aku tak mengerti mengapa aku harus membuang-buang tenagaku untuk menyenangkan dirinya yang bosan bersamaku. Itulah mengapa aku melihat pertemanan adalah sebagai bentuk pemborosan tenaga oleh masalah yang rumit seperti benang pintal. 

Tetapi bertemu dengan Stevia, Luna, Rika dan Hana merubah pandangan buruk yang kupikirkan tentang pertemanan. Secara tak kebetulan, kalian semua duduk di bangku yang berdekatan ketika tahun kedua di SMP. saat itu kukira kalian hanyalah akan sebagai teman yang akan memperlakukanku sebagai debu karena aku begitu membosankan bagi kalian. Tetapi aku salah, kalian adalah orang yang sangat menyenangkan. Aku tidak perlu menyenangkan kalian yang bosan kepadaku. Kita saling menyenangkan hati satu sama lain. 

Berteman dengan kalian sangatlah ringan, seperti kapas. Sangat menyenangkan tetapi di saat yang bersamaan juga membuatku nyaman untuk menghabiskan waktu bersama kalian. Kemudian teori ku tentang The Students Triangle berubah. Semula kukira hanya manusia jenius saja yang bisa menguasai ketiganya. Namun ternyata, jika kita memilih teman yang tepat kita bisa menguasai ketiganya. 

Anehnya, ternyata kalian semua mengaku jika kalian memiliki kesulitan dalam pertemanan. Makan es krim mochi di supermarket adalah bentuk pelepasan stress ketika aku kesulitan belajar. Kalian sering membicarakan hal yang tak penting itu membuatku merasa bahagia dan sejenak melupakan semua pelajaran yang sulit. Berteman dengan kalian, selain tidak mengubah performa ku di sekolah, tetapi juga membuatku menyadari bahwa selama ini aku kesepian. 

Saat itu aku bergumam sendiri ketika memakan es krim mochi. 

“Bagaimana jika kita nanti sudah dewasa, kita akan berpisah dalam waktu yang lama?” 

Rika menolehkan wajah kemudian bertanya. “Kenapa tiba-tiba ngomong gitu? Kan kita masih kecil gini.. Bahkan aku saja belum mendapatkan menstruasi pertamaku.”

Kemudian Stevia menjawab. “Rika, menjadi dewasa itu bukan menunggu, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan. Mungkin karena kamu masih menikmati masa kecilmu yang bahagia jadi kamu tidak segera dewasa. “ Stevia menunjuk ke arah Hana. “Lihatlah Hana, sangat dewasa berbeda sepertimu. 

Rika kemudian mulai duduk mendekati Hana di bagian pojokan kursi. “Hana Hanaa” panggilnya. Setelah Hana menoleh dengan kebingungan baru Rika bertanya. “Bagaimana caranya menjadi dewasa??” 

Hana memalingkan wajah dan fokus memakan es krim mochi. “Pertama-tama tunggulah menstruasi pertama mu, dengan begitu kamu jadi mengerti apa arti dewasa itu.” 

Kepala Rika memanas karena dia telah banyak berpikir. Stevia tertawa kecil melihat Rika yang masih terlihat sangat polos. “Sudah kuduga dia tak akan mengerti.” 

Lihat selengkapnya