“Tak lama aku mendengar sirine polisi dan ambulans datang dari kejauhan. Entah mengapa ketika aku mendengar suara sirine aku jadi teringat surat yang dikirimkan oleh Kevin. Jangan mempercayai kepolisian. Karena mereka telah disogok oleh Lane.
Begitulah Aku terpaksa meninggalkannya di tengah jalan, sendirian. Ketika aku hendak pergi, dia menutup kedua matanya seolah-olah dia telah tertidur dengan tenang. Aku merasakan kulitnya sudah dingin. Sepertinya dia sudah….”
Kedua mata April yang berkaca-kaca berubah menjadi tangisan. “Maaf.. aku tak bisa melanjutkannya lagi…”
“Soal Kevin, kenapa kamu gak nikah aja sama dia?” Kata Rika.
Hana kemudian melemparkan bantal ke Rika. “jangan menyinggung perasaannya, Rika..”
April menelan ludah kemudian menjawab. “Dia akan segera menikah dengan Regina. Mereka telah berpacaran semenjak merek SMA. aku tak ingin menjadi perebut laki orang…”
“Jawab aja pelakor.” komentar Rika.
“Sudah jangan dengarkan dia, Rika sedang mabuk.” Stevia melotot ke arah Rika dengan tatapan marah.
Stevia memberikan bahunya untuk April. “Ketika orang sedang mabuk terkadang itulah emosi terpendam mereka. Menangislah April, aku tahu kamu sudah menahannya selama ini.”
“Sudah jam sembilan.” Rika melihat jam tangannya. “Diluar dugaan, sudah jam tidur. Sudah sangat lama semenjak aku bisa terbangun tengah malam seperti ini.”