Rumah Kaca

Amiralie
Chapter #15

Ep. 10 - Rika

“Apakah kalian percaya pada cinta pandangan pertama?” 

Namaku Frederika Averia. Aku ingin menceritakan pengalamanku tentang pengalaman bodoh yang kualami ketika aku duduk di bangku SMA. Aku tidak akan menceritakan cerita yang terlalu panjang seperti Stevia, Luna, atau April. Aku akan menceritakannya dengan sangat singkat supaya kalian paham seluruh isi ceritanya. 

Semua dimulai ketika aku masih berusia sepuluh tahun. Aku adalah anak yang memiliki tingkat adiksi tinggi pada hiburan televisi. Mungkin karena dulunya aku tak memiliki teman sehingga aku menjadi televisi sebagai sahabatku. Karena aku masih anak-anak, aku selalu menonton berbagai macam kartun setiap siang sepulang sekolah. 

Mulai dari makan, mengerjakan PR, main, menggambar, dan tidur semua kulakukan di depan televisi. Ketika aku berusia sepuluh tahun aku dibesarkan oleh imajinasi dari kartun-kartun seperti Doraemon, Sailor Moon, dan Gundam. Aku suka melihat kejutan yang ditampilkan di televisi membuatku ingin terus berlari dari dunia nyata. 

Kemudian ketika aku beranjak remaja, aku mulai menekuni dunia komik. Aku suka semua komik manga, manhwa dan manhua. Manga adalah Jepang. Manhwa adalah Korea. Manhua adalah Cina. aku menyukai semuanya. Yang paling aku sukai adalah genre school life, slice of life, fantasy, dan romance. Bagiku, ketika sedang membaca komik, aku seperti terjebak di dunia lain. Sangat ajaib dan menyenangkan. Paling tidak menjadi hiburanku di saat aku sedang kesepian. 

Papa adalah orang yang sangat cuek sehingga dia tak begitu peduli tentang hobiku. Mama tidak menyukai hobiku karena aku terlalu larut dalam komik sehingga membuat semua nilai raporku jelek. Adikku, Rickie mulai terpengaruh semenjak aku memperkenalkan anime jepang ketika dia masih duduk di bangku SMP. Setelah SMA, dia adalah otaku sejati. Aku memanggilnya jika dia adalah otaku hemat. Karena dia selalu menghemat uangnya untuk membaca manga, menonton anime dan film bajakan. Kemudian ketika SMA, dia mulai menekuni dunia komik sama sepertiku. 

Kehidupan sekolahku normal. Lebih tepatnya membosankan. Penampilanku ketika SMP sangat culun dan tak percaya diri. Kacamata, kepang rambut, jerawat dan rok panjang. Anehnya karena penampilanku sangat culun tidak ada yang ingin berteman denganku. Tahun kedua adalah keajaiban. Aku mendapatkan sahabat baik seperti kalian yang ingin berteman denganku walaupun aku memiliki penampilan yang sangat culun. 

Sepulang sekolah kita selalu pergi ke supermarket depan gang merpati untuk membeli es krim mochi dan memakannya di depan supermarket. Kemudian membicarakan hal yang tak penting demi mengisi kebosanan. Beruntungnya kita adalah teman sekelas sehingga kita selalu bisa membicarakan banyak hal bersama. 

“Kenapa kalian ingin berteman denganku?” 

Hana memberikan satu kemasan es krim mochi kepadaku. “Karena kita sahabat, memangnya perlu aku kasih tau apa untungnya berteman denganmu, Rika?”

Saat itu aku kehilangan dompetku, tetapi Hana berbaik hati membelikan es krim mochi untukku. Aku mengangguk dan mengambil es krim mochi pemberian Hana. 

“iya, aku ingin tahu kenapa. Maksudku.. Penampilanku culun gini.. Kenapa kalian ingin berteman denganku? Berbeda dengan kalian. Kulit kalian bening dan kalian juga cantik..”

Stevia kemudian menjentikkan jarinya ke jidatku. “Bodoh.” 

Kemudian dia melanjutkan. “Karena kami ingin berteman denganmu. Kalau aku, aku tak perduli penampilanmu jelek atau cantik. Toh nanti kita akan sama menjadi tua bukan? Memangnya kalau sudah tua itu cantik?”

“Stevia benar.” Luna kemudian menambahkan. “Ketika kita sudah tua, semua yang akan kita miliki akan hilang. Keluarga, pekerjaan, dan penampilan. Hanya satu yang akan terus selamanya bersama kita. Apa lagi kalau bukan kenangan bersama.”

“Tapi kalau kamu kena alzheimer kan itu beda cerita kan?” aku jadi teringat penyakit yang diderita nenekku di menjelang hari sebelum kematiannya. 

“Luna.... Kadang-kadang kamu mulai mirip kayak Hana.” komentar April. 

“Persahabatan yang baik akan berlangsung sampai di kehidupan berikutnya? Memangnya ada reinkarnasi ya?” Aku bertanya pada April. 

“Entah ada atau tidak, tapi bukankah itu hal yang baik?” Jawab April dengan singkat. 

“Kalian gak akan ngerti deh.. Karena kalian itu dikategorikan jadi cewek cantik di sekolah.. Sementara aku.. Culun begini. Aku gak cocok sama kalian…” 

Dulu ketika SMP mereka adalah sekumpulan cewek yang begitu mencolok di angkatan. Stevia memiliki kecantikan intelektual yang tinggi terlebih lagi dia memiliki aura keibuan. Luna memiliki kecantikan pada kulitnya yang bening dan bulu matanya sangat lentik. April mendapatkan kecantikan yang diturunkan dari kakak-kakaknya yang juga sama tampannya dan pintar juga. Hana, memiliki aura dewasa dan otak encer yang membuatnya menjadi lebih cantik daripada siapapun. Sementara aku, Rika yang memiliki rambut keriting dan kacamata tebal yang membuat aura ku semakin suram. 

Hana kemudian melirik sejenak kemudian berkata. “Cocok atau tidak itu kecantikan dalam diri sendiri yang menentukannya.” 

“Maksudnya?” Seperti biasa, Hana berfilosofi lagi. Aku masih bingung. 

“Jangan terlalu melihat kecantikan di luar, itu tidak ada gunanya. Mulailah untuk mencari kecantikan dari dalam. Justru karena kecantikanmu di dalam, itu membuat kita sangat nyaman berteman denganmu.” 

Hana kemudian melanjutkan. “Kamu terlalu fokus membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Cobalah menatap dirimu di cermin dan percaya dirilah. Aku yakin kamu bisa menemukan kecantikan di dalam dirimu sendiri. Dengan begitu, kamu akan belajar cara mencintai diri sendiri.” 

“Mencintai diri sendiri? Itu bukannya narsis ya?” tanyaku sambil berkomentar. 

“Narcissus mencintai pantulannya sendiri karena melihat ketampanannya yang luar biasa cantik, tetapi akhirnya dia jatuh ke kolam dan mati karena kebodohannya. 

Maksudku dari mencintai diri sendiri adalah mencintai dirimu apa adanya. Kamu mencintai kekurangan yang ada didalam dirimu. Ya cobalah lebih menghargai dirimu sendiri, jangan terlalu membandingkannya dengan orang lain. Apa yang kamu lihat hanyalah tampilan luarnya saja bukan apa yang ada di dalam mereka. Karena setiap manusia yang hadir di dunia ini tidaklah sempurna.” 

“Tapi kalian cantik dan pintar.” kemudian aku merasakan April mencubit lenganku. 

“Jangan membandingkan dirimu dengan orang lain! Atau aku akan benci padamu!!” Kata April dengan sinis. 

Stevia mulai membuka bibir. “Kamu terlalu menginginkan kesempurnaan, itu adalah sifat yang tidak akan dimiliki manusia. Bahkan dracula sekalipun walaupun dia tampan, kuat, dan menawan tetapi dia tak tahan cahaya matahari bukan? Begitulah keseimbangan. Manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kamu hanya kurang percaya diri dengan kelebihan yang ada didalam dirimu sendiri, Rika.” 

“Memangnya apa kelebihanku? Padahal aku tidak pintar. Aku juga tidak cantik seperti kalian. Bahkan aku sering dimarahi mama…” jawabku dengan nada lesu. 

Luna menjawab tanpa ragu. “Kamu jago gambar kan? Lebih jago daripada kita semua. Padahal aku hanya bisa menggambar stickman.” 

“Jangan tanyakan lagi ke aku.” Stevia sepertinya teringat tentang pelajaran menggambar ketika dia menggambar potret Hana yang terlihat sangat jelek. Sangat jelek sampai membuatnya malu hingga detik ini. 

April kemudian menempelkan jari ke dagu. “Kalau aku sih cuman bisa gambar orang dari bentuk kotak dan lingkaran. Kalau Rika sih udah kayak komikus beneran!” 

Lihat selengkapnya